Sabtu 11 May 2019 11:21 WIB

Kivlan Zein, Jokowi, dan SBY

Kivlan Zein dicegah ke luar negeri saat hendak terbang.

Rep: Ronggo Astungkoro/Ali Mansur/Nawir/ Red: Teguh Firmansyah
Mantan Kepala Staf Komando Strategis Angkatan Darat (Kas Kostrad) Mayjen TNI Purnawirawan Kivlan Zein (tengah) menghadiri unjuk rasa menuntut diusutnya dugaan kecurangan Pemilu 2019 di Kantor Bawaslu RI, Jakarta, Kamis (9/5/2019).
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Mantan Kepala Staf Komando Strategis Angkatan Darat (Kas Kostrad) Mayjen TNI Purnawirawan Kivlan Zein (tengah) menghadiri unjuk rasa menuntut diusutnya dugaan kecurangan Pemilu 2019 di Kantor Bawaslu RI, Jakarta, Kamis (9/5/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, Kivlan Zein kini akhirnya harus berurusan dengan kepolisian. Ia diadukan atas tuduhan hendak berbuat makar. Kivlan pun gagal untuk berangkat ke Brunei Darusalam lewat Batam pada Jumat (10/5).

Ia dicegah oleh kepolisian di Bandara Soekarno Hatta. Kivlan dilarang untuk bepergian ke luar negeri selama enam bulan.  Sebelum pencegahan ini, Kivlan sempat melontarkan pernyataan-pernyataan kontroversial.

Dalam video yang beredar di media pertemanan, Kivlan menuntut agar Jokowi dilikuidasi, bukan hanya didiskualifikasi.  Ia juga menggerakkan pendukungnya untuk aksi di depan Bawaslu dengan tuntutan serupa yakni menyoroti kecurangan pemilu. 

Namun tidak hanya dengan Jokowi, Kivlan juga melontarkan perang kata-kata dengan kubu Susilo Bambang Yudhoyono.  Kivlan  mengaku mengerti dengan sifat serta karakter Presiden Keenam RI tersebut karena pernah mendidik SBY saat Kivlan masih aktif di militer.

"Sampaikan saja bahwa SBY licik. Dia junior saya, saya yang mendidik dia, saya tahu dia orangnya licik, dia mendukung 01 waktu menang di tahun 2014," tuturnya.

Baca juga,  Kivlan Zein Komentari Setan Gundul dan Sindir SBY.

Kivlan mengungkapkan, SBY sebenarnya tidak ingin mendukung Prabowo Subianto sebagai calon presiden pada pilpres 2019, meski Partai Demokrat berkoalisi dengan Partai Gerindra, PKS, PAN dan Partai Berkarya mendukung pasangan Prabowo-Sandiaga Uno.  

"Dia mau mencopot Prabowo supaya jangan jadi calon presiden dengan gayanya segala macam," keluhnya.

photo
Presiden keenam Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono saat menggunakan hak pilihnya di Singapura.

Kubu Partai Demokrat pun berang. Ketua DPP Partai Demokrat, Jansen Sitindaon menilai kontribusi mantan kepala staf Kostrad Kivlan Zen tak sebanding dengan Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)."Kelasnya (Kivlan) jauh benar di bawah SBY, apalagi terkait kontribusinya ke Republik ini," ujar Jansen saat dikonfirmasi, Jumat (10/5).

Jansen menyebut, kontribusi SBY untuk Indonesia terlihat dari beberapa posisi yang pernah diembannya. Ia menjelaskan, SBY pernah menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi, Menkopolhukam.

Selain itu, ayah dari Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) itu berhasil terpilih menjadi Presiden RI selama dua periode. "Kivlan ini dalam sejarah hidupnya memang jadi apa? Jadi Kivlan ini tidak usah banyak omonglah," ujar Jansen.

Kivlan bukan merupakan orang baru dalam percaturan politik di Indonesia. Ia adalah sosok yang kerap berceramah soal bahaya PKI. Kivlan merupakan karib dekat Prabowo.  Ia menjabat kepala Staf Kostrad saat Prabowo menjadi panglima Kostrad. Sosoknya disebut berperan penting sebagai negosiator dalam drama penyanderaan 10 WNI Abu Sayyaf.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement