Sabtu 11 May 2019 14:37 WIB

Hari Pertama Go Public, Saham Uber Anjlok

Sejak didirikan pada 2009, Uber rugi sekitar 9 miliar dolar AS.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Uber
Uber

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Saham Uber turun menjadi 7,6 persen pada hari pertama perdagangan, Jumat (10/5). Listing pasar saham yang sangat dinanti tersebut gagal memenangkan investor.

CEO Uber Dara Khosrowshahi adalah di antara mereka yang membunyikan bel pembukaan Bursa Efek New York untuk mulai trading. Pada akhir sesi, saham berada di 41,51 dolar AS di bawah harga listing perusahaan 45 dolar AS.

Baca Juga

Pada Kamis (9/5), Uber menjual 180 juta saham dengan harga masing-masing 45 dolar AS, mengumpulkan 8,1 miliar dolar AS uang tunai dan menghargai itu sebesar 82 miliar dolar AS. Saham-saham di perusahaan transportasi online itu memulai ke awal yang goyah, membuka perdagangan pada 42 dolar AS, dan tergelincir ke level 41,06 dolar AS di awal.

Uber belum mendapat untung dan memperingatkan pada baru-baru ini bahwa mungkin tidak akan pernah meraih untung. Sejak didirikan pada tahun 2009, perusahaan telah rugi sekitar 9 miliar dolar AS. Khosrowshahi mencoba meyakinkan investor yang kecewa dengan jatuhnya harga saham pada debut pasarnya.

"Reaksi saya (terhadap harga saham) adalah jika kita membangun dan membangun dengan baik, pemegang saham akan dihargai. Kita tentu tidak mengukur keberhasilan kita selama sehari, itu benar-benar selama bertahun-tahun," kata Khosrowshahi, dilansir di BBC.

Awalnya Uber menyarankan kisaran harga 44- 50 dolar AS untuk harga listing sahamnya, menghargai perusahaan hingga 120 miliar dolar AS.

Khosrowshahi mengatakan harga float 45 dolar AS per saham dipengaruhi oleh ketidakpastian di lingkungan ekonomi global. Saham sekarang akan diperdagangkan di bawah simbol UBER, setelah debut perusahaan AS yang paling dinanti-nantikan sejak Facebook pada Mei 2012.

Salah satu pendiri Uber, Travis Kalanick, yang meninggalkan peran kepala eksekutif untuk memberi jalan bagi Khosrowshahi setelah muncul pertanyaan tentang budaya staf di perusahaan itu, juga hadir di bursa untuk debut Uber.

Investor bertaruh pada prospek pertumbuhan Uber karena diversifikasi ke beberapa sektor lain. Selain bisnis transportasi online, Uber mengembangkan mobil tanpa pengemudi dan memiliki operasi pengiriman makanan, Uber Eats.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement