REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dewan Keamanan (DK) PBB pada Jumat (10/5) mendesak semua pihak yang berperang di Libya agar secara berkomitmen gencatan senjata dan kembali ke pembicaraan perdamaian yang diperantarai PBB.
Duta Besar Indonesia untuk PBB, Dian Triansyah Dhani, yang menjadi Presiden Badan 15 anggota tersebut untuk Mei, mengeluarkan seruan atas nama DK dan menekankan Indonesia sangat prihatin oleh ketidak-stabilan di Ibu Kota Libya, Tripoli dan situasi kemanusiaan yang tersebar.
Pada awal April, komandan militer Khalifa Haftar, yang mengomandani pasukan yang setia kepada pemerintah tandingan yang berpusat di Libya Timur, melancarkan operasi luas untuk merebut ibu kota Libya dari pemerintah yang diakui PBB.
Namun setelah lebih dari satu bulan pertempuran sporadis di pinggir Tripoli, operasi pasukan Haftar telah gagal mencapai sasaran utamanya.
Pasukan Haftar telah mengepung Kota Zuwara, yang berada 100 kilometer di sebelah barat Tripoli, dari timur dan selatan, sebagaimana dilansir Kantor Berita Turki, Anadolu, yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu (11/5). Zuwara memiliki kepentingan strategis besar sebab kota itu mengendalikan tempat penyeberangan perbatasan dengan Tunisia, Ras Ajdir.
Pasukan Haftar juga merebut Garyan, yang berada 60 mil di sebelah selatan Tripoli, sehingga memungkinkan pasukan tersebut memotong jalan gurun yang menghubungkan Tripoli dan tempat penyeberangan Dehiba Wazin.
Libya telah dirongrong kerusuhan sejak 2011, ketika orang kuat negeri tersebut Muammar Gaddafi digulingkan dan terbunuh dalam aksi perlawanan berdarah yang didukung NATO setelah beberapa dasawarsa Gaddafi berkuasa.
Negara yang kaya akan minyak itu telah menyaksikan kemunculan dua pemerintah yang bersaing yaitu satu di Libya Timur, tempat Haftar berafiliasi, dan satu lagi di Tripoli, yang mendapat pengakuan PBB.