Ahad 12 May 2019 16:55 WIB

Trump Peringatkan Keras Cina Jika Ia Terpilih Kembali

Negosiasi perdagangan antara AS dan Cina berakhir buntu.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Presiden AS, Donald Trump.
Foto: AP
Presiden AS, Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan negosiasi perdagangan bagi Cina akan memburuk jika dirinya terpilih kembali pada pemilihan presiden AS pada 2020.

"Saya rasa Cina merasa terpukul dengan sangat buruk dalam negosiasi baru-baru ini, sehingga mereka akan menunggu pemilu berikutnya, 2020, untuk melihat apakah mereka bisa beruntung dan mendapatkan kemenangan Demokrat," kata Trump di akun Twitter-nya dilansir New York Post, Ahad (12/5).

Baca Juga

Dalam pernyataannya, menurut Trump, satu-satunya masalah adalah Cina mengetahui dirinya akan menang. "Dan kesepakatan akan menjadi jauh lebih buruk bagi mereka jika harus dinegosiasikan di negara saya. Di masa jabatan kedua. Akan lebih bijaksana bagi mereka untuk bertindak sekarang, tetapi akan senang dengan mengumpulkan tarif besar!" cicit Trump.

Negosiasi perdagangan antara AS dan Cina berakhir pada Jumat (10/5). Negosiasi tersebut selesai tanpa kesepakatan apa pun. Pajak impor 25 persen atas 200 miliar dolar AS barang-barang Cina kemudian mulai berlaku.

AS dan Cina sepakat untuk mengadakan lebih banyak pembicaraan perdagangan di Beijing. Hal itu disampaikan oleh Wakil Perdana Menteri Liu He yang mengatakan ketika Presiden AS Donald Trump memerintahkan kepala perdagangannya memulai proses pengenaan tarif pada semua impor yang tersisa dari Cina.

Liu sebelumnya menyuarakan optimisme terukur untuk mencapai kesepakatan. Namun pada akhirnya, mengatakan ada masalah prinsip di mana Cina tidak akan mundur.

"Negosiasi belum macet," kata Liu yang juga menjabat sebagai kepala negosiator Cina dalam negosiasi. "Justru sebaliknya, saya pikir kemunduran kecil adalah normal dan tak terhindarkan selama negosiasi kedua negara. Ke depan, kami masih optimistis," kata Liu.

AS kemudian meningkatkan perang tarif dengan Cina pada Jumat dengan menaikkan pajak barang-barang Cina senilai 200 miliar dolar AS di tengah-tengah negosiasi terakhir untuk menyelamatkan kesepakatan perdagangan.  Trump sebelumnya telah menunda tarif karena negosiasi antara Washington dan Beijing mengalami kemajuan.

Pada Jumat, Trump mengeluarkan perintah untuk kenaikan tarif. Ia mengatakan Cina melanggar kesepakatan dengan mengingkari komitmen sebelumnya yang dibuat selama berbulan-bulan negosiasi.

Sementara Cina sangat menentang kenaikan tarif terbaru AS, dan sebagai suatu negara, Cina harus merespons hal itu. Liu mengatakan kepada sekelompok kecil wartawan Cina dalam klip video.

"Saat ini, kedua belah pihak telah mencapai saling pengertian dalam banyak hal, tetapi terus terang, ada juga perbedaan. Kami pikir perbedaan ini adalah masalah prinsip yang signifikan," kata Liu. "Kami benar-benar tidak dapat membuat konsesi pada masalah prinsip semacam itu, tambahnya.

Menurutnya, pembicaraan akan berlanjut di Beijing, meski tidak memberikan rincian. Yang berarti menggarisbawahi kurangnya kemajuan dalam negosiasi sebab Trump memerintahkan kenaikan tarif lebih lanjut.

Sementara itu, Tabloid nasionalis China Times mengatakan dalam sebuah editorial edisi Ahad, AS tidak akan memiliki lebih banyak tawaran di meja negosiasi dengan Cina begitu perang perdagangan meningkat. "AS salah paham mengenai kepentingan kedua belah pihak, dan secara serius meremehkan ketahanan Cina," kata Global Times di situsnya.

"Kepercayaan dan kekhawatiran inti Cina tidak akan pernah melemah oleh kenaikan tarif," ujarnya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement