REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Malang saat ini tengah mendorong warganya untuk lebih memanfaatkan limbah plastik. Upaya ini merupakan salah satu cara mencapai target pengurangan sampah plastik.
Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang, jumlah timbunan sampah mencapai 664,62 ton per hari. Total sampah ini berasal dari 907.346 jiwa penduduk. Ditambah lagi adanya penduduk pendatang, baik pekerja dan mahasiswa sekitar 300 ribu jiwa.
Dari 664,62 ton, sekitar 61,50 persen merupakan sampah sisa makanan. Sementara sampah plastik berada di urutan kedua dengan besaran 17,50 persen. Lainnya berkaitan dengan sampah kayu, ranting, daun, kertas, logam, kain, kaca dan sebagainya.
Melihat situasi tersebut, Kepala DLH Kota Malang, Agoes Edy Poetranto mendorong masyarakat agar mengelola sampah dari sisi ekonomi. Salah satunya melalui kegiatan memilah sampah yang masih bisa diolah oleh masyarakat.
Menurut Agoes, sudah banyak warga setempat yang telah melaksanakan kegiatan tersebut. Beberapa di antaranya mengubah kertas dan plastik menjadi kerajian tangan. "Hingga kulot bumbu seperti bumbu bawang merah dan bawang putih," kata Agoes saat dihubungi wartawan di Kota Malang, Ahad (12/5).
Agoes berpendapat, kreativitas masyarakat dari sampah jelas perlu didorong pemerintah ke depannya. Pasalnya, kegiatan mereka jelas mampu mengurangi sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Apalagi, saat ini TPA Supit Urang di Sukun masih dalam proses perbaikan.
Di sisi lain, Pemkot Malang juga masih akan terus mendirikan Pusat Daur Ulang (PDU) di masing-masing kelurahan. Sampah yang diproduksi nantinya akan terlebih dahulu dipilah di rumah. Lalu dipilah kembali di PDU sebelum akhirnya dikirim ke TPA.
Hingga saat ini, Agoes mengungkapkan, Pemkot Malang telah membangun sekitar 26 PDU. Seluruhnya tersebar di 57 kelurahan Kota Malang. Kemudian akan dikembangkan lagi segala kekurangannya dengan target penyelesaian di 2020. "Dan ini bangunannya menggunakan APBD atau APBD-Perubahan," tambahnya.