REPUBLIKA.CO.ID, COLOMBO -- Kepolisian Sri Lanka memberlakukan jam malam di Kota Chilaw, Sri Lanka, usai penyerangan yang dilakukan umat Kristen ke masjid dan toko milik seorang muslim. Penyerangan itu sendiri terjadi karena pertikaian antara dua orang melalui akun media sosial (medsos).
Massa sempat melemparkan batu ke masjid-masjid dan toko-toko milik muslim pada Ahad (13/5), setelah penduduk meyakini bahwa ucapan salah seorang umat muslim itu di akun medsos, merupakan ancaman bagi mereka. Warga di kota yang sebagian besar dihuni penduduk beragama Kristen itu, memukuli orang yang mereka yakini bertanggung jawab atas ucapan di Facebook tersebut.
Polisi setempat mengatakan orang itu telah ditangkap.“Jam malam polisi telah diberlakukan di daerah Kepolisian Chilaw dengan efek langsung sampai pukul 06.00 waktu setempat besok, untuk mengendalikan situasi yang tegang,” kata juru bicara kepolisian, Ruwan Gunasekera, kepada kantor berita Reuters yang dikutip Aljazirah.
Ketegangan sempat memuncak setelah pembom bunuh diri muslim meledakkan diri di tiga gereja dan empat hotel pada 21 April 2019 lalu, pada Minggu Paskah, yang menewaskan 257 orang.
Sementara pejabat kepala polisi Sri Lanka, Chandana Wickramaratn, mengatakan pekan lalu, semua yang terlibat dalam serangan itu ada yang tewas dan yang masih hidup telah ditahan. Tapi beberapa warga Sri Lanka masih khawatir dengan kemungkinan adanya penyerang lainnya.
Sepekan lalu di Negombo, sempat terjadi bentrokan hebat antara muslim lokal dan Kristen karena perselisihan lalu lintas. Sri Lanka telah berada dalam keadaan darurat sejak pemboman bunuh diri. Pasukan keamanan dan polisi telah ditambah dengan kekuatan besar.