Senin 13 May 2019 08:57 WIB

Pejabat Yaman Ragukan Penarikan Pasukan Houthi dari Hudaidah

Penarikan pasukan Houthi dari Hudaidah dijadwalkan 11-14 Mei.

Pro-Houthi armed tribesmen attend a tribal gathering to show support to the Houthi rebels in Sana’a, Yemen, 10 December 2015.
Foto: EPA/YAHYA ARHAB
Pro-Houthi armed tribesmen attend a tribal gathering to show support to the Houthi rebels in Sana’a, Yemen, 10 December 2015.

REPUBLIKA.CO.ID, ADEN— Seorang menteri dalam pemerintahan Yaman dukungan Arab Saudi meragukan penarikan pasukan oleh Houthi dari Kota Pelabuhan Laut Merah Hudaidah dan menyebutnya pertunjukan yang hendak menyiarkan informasi menyesatkan untuk masyarakat internasional.

"Apa yang terjadi hari ini ialah pertunjukan menyolok, sekelompok dari pasukan milisi (Houthi) meninggalkan (kota itu) dan mereka digantikan oleh yang lain dengan berseragam polisi penjaga pantai. Ini usaha menyampaikan informasi salah untuk membingungkan masyarakat internasional," kata Menteri Informasi Muammar al-Iryani kepada Reuters, akhir pekan lalu.

Baca Juga

Pihak Houthi mengatakan pada Sabtu (11/2) mulai menarik pasukan dari Pelabuhan Saleef di Hudaidah berdasarkan perjanjian yang ditaja PBB dan telah macet selama berbulan-bulan. 

Dari Jenewa, Reuters melaporkan, kelompok Houthi di Yaman pada Sabtu akan mulai memindahkan pasukannya secara sepihak dari tiga pelabuhan. 

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa dan seorang juru bicara Houthi, suatu langkah untuk memuluskan perundingan-perundingan politik guna mengakhiri perang empat tahun di Yaman.

Pernyataan dari Komite Koordinasi Penarikan PBB (RCC) menyebutkan pihak  Houthi akan melakukan pemindahan sepihak awal antara 11-14 Mei dari Pelabuhan Saleef, yang digunakan untuk biji-bijian, Pelabuhan Ras Isa, yang digunakan untuk minyak, dan Pelabuhan Utama Hudaidah.

Penarikan tersebut akan mulai berlangsung pada 11 Mei pukul 10.00 waktu setempat. Demikian dikutip dari cuitan Kepala Komite Revolusi Agung Houthi Mohammed Ali al-Houthi, di Twitter pada Sabtu.

Komite RCC, yang dipimpin Letnan Jenderal Denmark, Michael Lollesgaard, Kepala Tim Pengamat PBB di Hudaidah, menyusun rencana pemindahan itu berdasarkan perjanjian yang disepakati Desember lalu di Stocholm, Swedia, terobosan besar pertama dalam usaha-usaha perdamaian untuk mengakhiri perang yang telah menewaskan puluhan ribu orang dan membawa Yaman ke jurang kelaparan.

Di Stockholm, diharapkan pemindahan pasukan akan berlangsung pada Januari, tetapi pelaksanaannya telah berkali-kali gagal karena ketiadaan kepercayaan di antara pihak:  Houthi yang bersekutu dengan Iran dan pemerintah Yaman yang diakui internasional dengan dukungan koalisi pimpinan Arab Saudi dan pasukan lain.

Houthi mengatakan pada Sabtu niat kelompoknya untuk memindahkan pasukan secara sepihak dari pelabuihan-pelabuhan itu sebagai akibat dari penolakan koalisi untuk melaksanakan perjanjian Stockholm.

Misi PBB itu akan memantau pemindahan tersebut, sebagai langkah pertama untuk merampungkan perjanjian perdamaian, menurut pernyataan PBB, dengan menambahkan hal itu harus ditindaklanjuti oleh "tindakan transparan, berkomitmen dan berkelanjutan dari para pihak untuk memenuhi sepenuhnya kewajiban-kewajiban mereka".

Pemerintah Yaman, yang didukung Arab Saudi, tidak menyatakan apakah pihaknya akan mengambil langkah serupa.

Mereka juga diperkirakan akan meninggalkan posisi-posisi di sekitar pinggiran Hudaidah dalam pemindahan awal, sebelum fase kedua yang kedua pihak menarik pasukannya lebuh lanjut.

Juru bicara delegasi pemerintah Yaman ke RCC, Sadiq Dweid, mencuit di Twitter bahwa penarikan anggota Houthi merupakan langkah pertama dari tahap pertama. “Kami mendukung pelaksanaan perjanjian itu."

 

 

sumber : Reuters/Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement