Selasa 14 May 2019 17:31 WIB

Hasil Pilpres Banten dan Tudingan Politik Identitas

Gerindra membantah kemenangan Prabowo karena politik identitas.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Teguh Firmansyah
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto bersama tim Badan Pemenangan Nasional (BPN) memberikan keterangan kepada wartawan di kediamannya di Kertanegara, Jakarta, Rabu (8/5/2019).
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto bersama tim Badan Pemenangan Nasional (BPN) memberikan keterangan kepada wartawan di kediamannya di Kertanegara, Jakarta, Rabu (8/5/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Rekapitulasi suara Provinsi Banten mencatat pasangan capres-cawapres Prabowo-Sandi unggul dengan total suara sebanyak 4,059,514 atau 61,54 persen. Sementara itu, rivalnya Joko-Widodo dan Ma'ruf Amin mendapat raihan suara sebanyak 2.537.524 atau 38,46 persen.

Pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin, Banten, M. Zainor Ridho menuturkan, kemenangan Prabowo-Sandi pada hampir semua Kabupaten dan Kota di Banten merupakan fenomena pemilih masyarakat Banten yang saat ini kebanyakan masih kental dengan perilaku politik identitas.

Baca Juga

Hal ini menurutnya ditunjukkan dengan banyaknya alasan pemilih di Banten yang tidak memilih Jokowi-Maruf karena termakan isu-isu yang bertentangan dengan identitas kepercayaan.

"Psikologi pemilih di Banten itu jika sudah terkait isu-isu yang bertentangan dengan identitas agama atau ideologi itu responnya masih tinggi, karena tingkat religiusitas Banten yang kental," ujar Dosen Ilmu Politik UIN Banten, Selasa, (14/5).

Tingkat elektabilitas Jokowi yang rendah di Banten menurutnya adalah karena masih gencarnya pengkaitan Jokowi dengan isu PKI atau ideologi komunis. Hal itu dijadikan salah satu alasan pemilih Banten untuk menjauh paslon capres 01 itu.

"Politik Identitas di Banten ini menjadi preferensi bagi pemilih Banten, tapi bentuk tidak seperti di Jakarta yang menjadi gerakan dan hanya menjadi isu-isu yang secara masif tersebar di masyarakat awam," tutur Ridho.

Kemunculan Ma'ruf Amin sebagai pendamping Jokowi juga menurutnya tidak mampu meredam isu Jokowi yang dikaitkan dengan isu PKI. 

Menurutnya ketokohan Maruf Amin memang dikenal luas oleh masyarakat Banten. Namun tidak menjadi preferensi untuk memilih Jokowi dalam pemilu. Bahkan menurutnya, pemilihan Maruf Amin sebagai pendamping Jokowi merupakan sebab degradasi suara pemilih Banten.

"Melihat potret pemilu saat ini, munculnya Marud Amin adalah antitesa gejolak pokitik lokal banten, bukan berarti ketokohannya  itu tidak diterima, namun hal itu bukan menjadi jawaban masyarakat banten secara keseluruhan. Pak Kyai secara luas warga Banten tau, tapi tidak jika tentang elektabilitasnya," tuturnya.

Ia juga menuturkan sebenarnya hasil Pemilu Pilpres di Banten secara terang menunjukkan ketidaksetujuan masyarakat Banten dengan majunya Maruf Amin dalam kontestasi Pemilu, apalagi bergandengan eengan Jokowi.

Adapun kemenangan kubu 01 di Tangerang Selatan saat ini adalah berkat ketokohan Airin Rachmi Diany yang merupakan Ketua Tim Kemenangan Daerah (TKD) Kota Tangerang Selatan sekaligus Wali Kota Tangsel. Jika Airin yang diterima masyarakat Tangsel tidak terjun langsung dalam Pemilu ini dirinya meyakini hasilnya akan berbeda.

Sekertaris DPD Gerindra, Andra Soni menolak anggapan bahwa pemilih Banten merupakan pemilih yang berlandaskan pada Politik Identitas. Menurutnya tidak signifikannya raihan suara Kubu 01 padahal ada tokoh Maruf Amin yang merupakan Ulama dan Kiai yang dikenal di Banten adalah indikatornya.

"Kiai Amin merupakan representatif ulama yang jika benar pemilih Banten itu politik identitas mestinya 01 menang dong, jadi menurut saya masyarakat Banten itu rasional," tutur Andra.

Anggapan bahwa warga Banten disebutkan sebagai pemilih identitas saja menurutnya adalah anggapan yang mengerdilkan kemandirian dan kecerdasan masyarakat Banten. Tudingan tersebut juga merupakan pembenaran bagi orang-orang yang tidak menyukai kemenangan Prabowo.

Adapun alasan kemenangan Kubu 01 di Banten menurutnya adalah keinginan perubahan warga Banten dan ketertarikan atas program yang diajukan Prabowo-Sandi selama kampanye. Terkait elektabilitas Prabowo yang dinilai karena faktor politik identitas, ia menambahkan bahwa di Banten setiap kepercayaan dan ideologi telah berdampingan lama tanpa adanya perselisihan.

Sementara Ketua Tim Kemenangan Daerah (TKD) Kubu 01 Provinsi Bantwn, Asep Rahmatullah menjelaskan ketokohan Maruf Amin di Banten yang dinilai belum mampu mendongkrak suara Jokowi dinilai karena basis Nahdatul Ulama (NU) di Banten memang tidak kuat. Dengan begitu, meskipun Maruf Amin dikenal sebagai petinggi NU, tetap tidak banyak mendongkrak suara Jokowi.

"Saya sepakat dengan pernyataan Prof Mahfud MD yang menjelaskan bahwa ada pengkiblatan dalam konteks kelompok di daerah-daerah yang kental keislamannya. Di Banten ini nu nya tidak kuat. Basisnya kan kalau nu itu di Jawa Timur," ucapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement