Rabu 15 May 2019 09:36 WIB

Sikap Angkatan Bersenjata Tentukan Masa Depan Venezuela

Situasi di Venezuela tidak dapat diprediksi.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Polisi intelijen berjaga di pintu masuk kongres yang dikuasai oposisi di Caracas, Venezuela, Selasa (14/5).
Foto: AP Photo/Fernando Llano
Polisi intelijen berjaga di pintu masuk kongres yang dikuasai oposisi di Caracas, Venezuela, Selasa (14/5).

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Penasihat keamanan utama pemerintah Brasil, Pensiunan Jenderal Augusto Heleno mengatakan, masa depan Venezuela ditentukan oleh angkatan bersenjata, Selasa (14/5). Mereka dapat memilih tetap mempertahankan Presiden Venezuela Nicolas Maduro atau akan menggulingkannya.

"Masa depan Venezuela akan ditentukan oleh angkatan bersenjata, apakah mereka tetap berkuasa dengan pemerintah yang sama atau mereka menyingkirkan Maduro," kata Heleno dalam sebuah wawancara, Selasa (14/5).

Baca Juga

Penasihat keamanan nasional untuk Presiden Brasil Jair Bolsonaro ini mengungkapkan, situasi di Venezuela tidak dapat diprediksi. Ini setelah pemimpin oposisi, Juan Guaido tidak berhasil meminta militer berganti pihak bulan lalu.

"Kami tidak tahu bagaimana militer akan bertindak.  Entah mereka akan mengusir Maduro, mengambil alih kekuasaan dan menggerakkan kembali ke demokrasi, atau mereka dapat memisahkan antara Guaido dan Maduro, yang merupakan skenario berisiko yang dapat memicu perang saudara," ucap Heleno.

Hanya segelintir tentara yang memimpin seruan Guaido untuk mendukung oposisi pada 30 April. Dari situ, pemerintah Maduro melancarkan tindakan keras terhadap para legislator oposisi yang diduga terkait dengan upaya tersebut.

Terlepas dari sanksi Amerika Serikat (AS), eselon atas militer Venezuela sebagian besar mengabaikan permohonan oposisi. Di sisi lain, ada lebih dari 1.000 tentara telah membelot, sebagian besar ke Kolombia dan Brasil.

Kementerian Informasi Venezuela tidak segera menanggapi permintaan balasan atas komentar Heleno. Sementara itu, pemerintah sayap kanan Bolsonaro telah bergabung dengan lebih dari 50 negara lain dalam mengakui Guaido sebagai pemimpin sah Venezuela. Mereka mendukung inisiatif oposisi untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan AS ke negara tetangga pada Februari.

Maduro menutup perbatasan dengan Brasil untuk memblokir bantuan, tetapi membuka kembali pada Jumat. Ini memungkinkan orang Venezuela menyeberang untuk mencari makanan, obat-obatan atau melarikan diri dari gejolak ekonomi dan politik di tanah air mereka.

Bolsonaro, mantan kapten militer, telah menggemakan pandangan ke Presiden AS Donald Trump tentang perlunya perubahan di Venezuela. Ini juga termasuk kemungkinan pengerahan pasukan.

Namun, militer Brasil dan juga Wakil Presiden Hamilton Mourao telah mengesampingkan intervensi apa pun di Venezuela. Menurut Heleno, bahkan pemerintah AS tidak tahu ke arah mana hal-hal akan berubah di Venezuela tetapi Amerika berusaha menghindari invasi militer.

"Mereka hanya tidak ingin Venezuela menjadi Kuba lain. Ini mimpi buruk bagi mereka," kata dia.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement