Rabu 15 May 2019 11:10 WIB

Sri Lanka Perpanjang Jam Malam

Kekerasan komunal di Sri Lanka menargetkan komunitas Muslim.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Seorang pria Muslim berdiri di depan Abbraar Masjid yang hancur akibat serangan massa di Kiniyama, Sri Lanks, Senin (13/5).
Foto: REUTERS/Dinuka Liyanawatte
Seorang pria Muslim berdiri di depan Abbraar Masjid yang hancur akibat serangan massa di Kiniyama, Sri Lanks, Senin (13/5).

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Sri Lanka memberlakukan jam malam nasional selama dua malam berturut-turut. Langkah ini diambil setelah gelombang kekerasan anti-Muslim terjadi.

Dilansir di BBC, Rabu (15/5), polisi menyatakan provinsi barat laut, tempat kekerasan terburuk terjadi akan ditutup lebih lama. Jam malam pada Selasa (14/5) mulai berlaku pukul 21.00 waktu setempat.

Baca Juga

Sebelumnya seorang pria Muslim ditikam sampai mati ketika perusuh membakar toko-toko milik Muslim. Mereka juga merusak masjid selama serangan pada Senin (13/5).

Polisi telah menangkap 60 orang, termasuk pemimpin kelompok Buddha sayap kanan. Sedangkan PBB menyerukan agar para penduduk tenang dan melakukan penolakan terhadap kebencian.

Polisi menembakkan peluru ke udara untuk membubarkan massa perampokan di beberapa kota. Ketegangan terjadi setelah kelompok militan menyerang gereja dan hotel tiga pekan lalu pada Paskah yang menewaskan lebih dari 250 orang.

Kantor PBB di Kolombo mendesak Sri Lanka mengatasi kerusuhan yang terjadi. Kekerasan komunal di Sri Lanka menargetkan komunitas Muslim pada Maret tahun lalu. Hal ini mendorong pemerintah mengumumkan keadaan darurat.

Sri Lanka memang memiliki sejarah konflik etnis. Kekerasan terakhir telah memicu kekhawatiran yang lebih mendalam.

Pemberontak dari komunitas minoritas Tamil melakukan pemberontakan, dengan kekerasan terhadap pasukan pemerintah selama beberapa dekade sampai perang saudara berakhir pada 2009. Seorang pengusaha Muslim mengatakan, komunitas Muslim di Sri Lanka hidup dalam ketakutan di tengah suasana ketidakpercayaan. Pabriknya di pinggiran kota Kolombo dibakar pada Senin malam oleh gerombolan yang mengamuk.

Pedagang itu, yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan sekitar 200 perusuh menerobos gerbang pabriknya. Begitu masuk, mereka mulai menghancurkan segala sesuatu yang terlihat, berteriak, dan menjerit saat membakar ban.

Ketika polisi berjuang mengendalikan gerombolan, beberapa karyawan melarikan diri melalui jendela. Pasukan keamanan akhirnya dapat menenangkan situasi dan gerombolan itu bubar, namun itu terjadi setelah mereka menghancurkan pabrik.

Dalam pidatonya di televisi, Kepala Polisi Chandana Wickramaratne memperingatkan petugas akan bertindak dengan kekuatan penuh terhadap perusuh. Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe meminta rakyat tenang.

Dia mengatakan kerusuhan yang terjadi justru mengganggu penyelidikan terhadap serangan saat Paskah lalu. Saat mengunjungi kota Kuliyapitiya dimana kerusuhan pecah, Selasa (14/5), dia mengatakan tidak akan mengizinkan kehidupan orang tidak bersalah terganggu.

Pemerintah mengatakan pasukan keamanan telah mengembalikan ketertiban. Pemerintah juga mengatakan mencegah serangan balas dendam terhadap Muslim.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement