REPUBLIKA.CO.ID, SOCHI -- Rusia telah mengirimkan sistem pertahanan udara S-400 ke Turki, Selasa waktu setempat (14/5). Asisten kepresidenan Rusia, Yuri Ushakov mengatakan, pengiriman sistem pertahanannya berdasarkan implementasi kesepakatan dengan Turki berjalan lancar meski terdapat tekanan dari Amerika Serikat (AS).
Berbicara pada konferensi pers di kota resor selatan Sochi, Ushakov mengaku Rusia memang menyadari upaya AS membujuk Turki menunda kesepakatan pembelian sistem pertahanan S-400. "Sekerasnya AS membujuk Turki, kami paham. Tetapi implementasi dari perjanjian, yang dicapai beberapa bulan lalu, berjalan lancar," katanya dikutip Anadolu Agency, Rabu (15/5).
Ushakov mengatakan, dalam pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, ia menyarankan kedua kepala negara membicarakan tentang gagasan Rusia dan AS pada KTT G-20 di Osaka akhir Juni mendatang.
"Kami menerima tentang kemungkinan kontak antara presiden Rusia dan AS, khususnya di sela-sela KTT G20 di Jepang nanti. Kami terbuka untuk kontak apa pun dan akan menunggu spesifikasi proposal," kata Ushakov.
Menurutnya, pertemuan Putin dan Pompeo juga membahas situasi di Afghanistan. Ia pun memuji interaksi antara kedua belah pihak atas masalah ini.
"Pada saat yang sama, presiden kami mencatat penyelesaian Afghanistan adalah masalah yang agak sulit. Prosesnya sulit, dan posisi Taliban bahkan semakin kuat. Di sini kita perlu berinteraksi lebih aktif untuk mencapai keseimbangan kekuatan di negara ini," katanya.
Pompeo tiba di Sochi pada Selasa untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov. Dia juga mengadakan pembicaraan selama 90 menit dengan Putin.
Kunjungan Pompeo merupakan pertemuan tingkat tinggi pertama antara Moskow dan Washington sejak Mueller mengajukan laporan tentang peran Rusia dalam pemilihan presiden AS 2016. Dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, Putin menyampaikan perbaikan hubungan antara Rusia dan AS sudah dapat dirasakan setelah dirinya melakukan panggilan melalui telepon dengan Trump beberapa waktu lalu.
Selain itu mereka juga membahs Venezuela yang keduanya memiliki pandangan berbeda. AS dengan komitmennya mendukun opoisi Juan Guaido, sementara Rusia dengan teguh mendukung Presiden Nicolas Maduro. "Di Venezuela, kami memiliki perselisihan. Kami ingin setiap negara yang mengganggu di Venezuela berhenti melakukan itu," kata Pompeo.