REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Istri mantan kepala Interpol Meng Hongwei meminta suaka ke Prancis. Pada bulan Oktober lalu badan koordinator kepolisian global, Interpol yang bermarkas di Paris, Prancis mengatakan Meng mengundurkan diri dari jabatannya. Pengunduran diri Meng ini diumumkan beberapa hari setelah istrinya Grace Meng melaporkannya hilang saat pulang ke Cina.
Pada bulan ini, jaksa Cina mengajukan dakwaan resmi terhadap Meng, menuduhnya telah melakukan penyelewengan kekuasan dan menerima suap. Pada bulan Maret lalu Partai Komunis Cina mengatakan berdasarkan penyelidikan mereka menemukan Meng 'menghaburkan' uang negara, menyalahgunakan kekuasaanya, dan menolak perintah partai.
Grace membantah semua tuduhan itu dan mengatakan penangkapan suaminya berdasarkan motif politik. Berbicara di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Geng Shuang mengatakan ia tidak tahu secara spesifik situasi istri Meng. Tapi menurut Geng tidak ada 'faktor politis' dalam kasus Meng.
"Saya bisa katakan kepada Anda bahwa Meng Hongwei diduga menerima suap," kata Geng kepada wartawan dalam konferensi pers harian, Rabu (15/5).
Geng mengatakan jika istri Meng mencari suaka ke Prancis maka hal itu 'benar-benar menyalahgunakan prosedur hukum Prancis'. Ia menambahkan sikap saling percaya dalam politik yang baik menjadi dasar hubungan Prancis-Cina yang stabil dan sehat.
"Kami berharap dalam kasus ini, baik Cina dan Prancis dapat bersama-sama menangani dengan tepat berdasarkan hukum dasar kerja sama yang baik," kata Geng.
Meng menjadi presiden Interpol pada 2016, ketika Cina memperluas pengaruh mereka di kancah internasional dengan menduduki jabatan-jabatan penting di lembaga-lembaga internasional.
Ketika ia menduduki jabatan di Interpol banyak organisasi kemanusiaan yang khawatir hal ini dimanfaatkan Cina untuk mengejar pemberontak dan pembangkang yang berada di luar negeri. Di bawah pemerintahan Presiden Xi Jinping, Cina telah memberlakukan tindakan keras terhadap koruptor.