REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Dewan Transisi Militer (TMC) yang berkuasa di Sudan, menyatakan pihaknya menangguhkan pembicaraan dengan aliansi oposisi selama tiga hari mengenai transisi ke pemerintahan sipil. Hal itu disampaikan oleh Letnan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan.
Berbicara kepada negara di TV pemerintah pada Rabu (15/5) waktu setempat, Letnan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan mengaitkan keputusan menciptakan suasana kondusif untuk perundingan usai sejumlah orang terbunuh dan terluka dalam bentrokan antara pengunjuk rasa dan Pasukan Dukungan Cepat paramiliter (RSF), sebuah faksi tentara.
"Kami putuskan menunda negosiasi dengan Aliansi untuk Kebebasan dan Perubahan (oposisi) selama 72 jam, untuk mempersiapkan suasana yang lebih baik dalam menyelesaikan pembicaraan dan memutuskan untuk membongkar barikade di luar area lama dari sit-in square, dan kami tidak akan mengizinkan ekstensi lagi," ujarnya dilansir dari Anadolu Agency, Kamis (16/5).
Asosiasi Profesional Sudan (SPA), yang merupakan bagian dari aliansi oposisi, juga telah meminta para pemrotes untuk menarik diri. Konfrontasi yang meluas telah meletus dalam dua hari terakhir antara RSF dan pengunjuk rasa. Mereka berusaha memperluas area aksi dan menutup banyak jalan utama di ibu kota Khartoum.
Sementara itu, Komite Sentral Dokter Sudan mengatakan dalam sebuah pernyataan menyebut sembilan orang terluka dalam serangan terhadap para pengunjuk rasa pada Rabu kemarin. Pada Senin malam, delapan orang tewas ketika pasukan tak dikenal menyerang pengunjuk rasa.