REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Perum Jasa Tirta (PJT) II Jatiluhur, menerjunkan tim gabungan untuk menginspeksi saluran irigasi. Salah satunya, saluran yang membentang ke Bendung Leuwi Nangka, yang berada di Kampung Warasan, Kelurahan Dangdeur, Kecamatan Subang. Pasalnya, bendung tersebut merupakan konstruksi vital dalam pengaturan air untuk kepentingan pertanian.
Direktur Utama PJT II Jatiluhur, U Saefudin Noer, mengatakan, tim yang diterjunkan itu merupakan gabungan dari PJT dan BBWS Citarum. Mengingat, Bendung Leuwi Nangka ini pengelolaannya ada di PJT. Sedangkan, kewenangan pemeliharannya ada di BBWS Citarum. Karena itu, di pergantian musim ini, inspeksi saluran air sangatlah penting.
"Kita ingin mengecek juga, sejauh mana kondisi bendung ini berikut pintu-pintu airnya," ujar Saefudin, kepada Republika.co.id, Kamis (16/5).
Aliran air yang menuju Bendung Leuwi Nangka (Foto: Ita Nina Winarsih/Republika)
Apalagi, lanjut Saefudin, berdasarkan sejarah, Bendung Leuwi Nangka ini usianya sudah sangat tua. Yakni, dibangun kali pertama pada 1926 lalu atau saat masa penjajahan Belanda. Kemudian, bendung ini direnovasi pada 2012 lalu. Tetapi, dua tahun kemudian tanggul bendung ini jebol.
Akan tetapi, saat ini bendung yang mampu mengairi areal persawahan seluas 4.300 hektare ini, sudah beroperasi dengan baik lagi. Karenanya, pemeriksaan dan pemeliharaannya rutin dilakukan. Supaya, jika ada titik-titik kerusakan bisa terpantau sejak dini.
Menurut Saefudin, irigasi yang melintasi Bendung Leuwi Nangka ini, kontribusinya cukup besar bagi pertanian di wilayah pantura. Sebab, air yang dibagi di bendung ini, tak hanya mengalir ke areal sawah milik warga Subang saja. Melainkan, mengalir hingga ke wilayah Indramayu dan sedikit wilayah Karawang.
Karenanya, inspeksi yang dilakukan di bulan ramadhan ini, lanjutnya, diharapkan menjadi spirit untuk semua pihak. Termasuk, petugas di PJT maupun BBWS Citarum. Jangan sampai, bulan puasa menyurut kinerja petugas untuk turut memelihara fasilitas publik ini.
"Kami, menyaksikan langsung para petugas di lapangan memeriksa kondisi di bendung ini. Kami sangat mengapresiasi, dan memotivasi para petugas supaya tetap semangat bekerja di bulan puasa ini," ujarnya.
Saefudin menjelaskan, Bendung Leuwi Nangka ini merupakan salah satu konstruksi vital yang dikelola pihaknya. Secara umum, PJT yang merupakan pengelola Waduk Jatiluhur memiliki tanggung jawab dalam mengairi 240 ribu hektare areal persawahan, yang tersebar di lima wilayah.
Lima wilayah itu, yakni Purwakarta, Subang, Karawang, Bekasi dan sebagian Indramayu. Karena itu, ketersediaan air untuk dua musim, yaitu musim gadu (kemarau) dan musim rendeng (penghujan) harus tetap tersedia. Supaya, tidak ada konflik di tingkat petani yang berebut air.
"Jika diuangkan, air yang digelontorkan dari Waduk Jatiluhur berikut sumber mata air yang kami kelola untuk kepentingan irigasi (pertanian), mencapai Rp 13 triliun per tahunnya," ujar Saefudin.
Sementara itu, General Manager Wilayah III PJT II Jatiluhur, Agus Suranto, mengatakan, sungai yang melintasi Bendung Leuwi Nangka ini dinamakan Sungai Ciasem. Sungai ini, merupakan salah satu aliran air terbesar yang ada di Kabupaten Subang. Karena itu, keberadaannya sangat penting. Terutama, bagi petani.
"Memasuki musim kemarau ini, kami di wilayah III selalu berupaya untuk menyediakan air sesuai kebutuhan petani. Supaya tidak berebut, maka kita berlakukan sistem gilir giring. Airnya digilir sesuai golongan, serta digiring supaya wilayah paling hilir tetap kebagian," ujarnya.