Kamis 16 May 2019 14:22 WIB

Rupiah Depresiasi, BI Diperkirakan Tahan Suku Bunga

BI tahan suku bunga agar pasar Indonesia tetap menarik bagi investor asing.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Friska Yolanda
Pekerja menunjukkan uang Rupiah dan Dollar Amerika Serikat di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta, Kamis (28/3/2019).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Pekerja menunjukkan uang Rupiah dan Dollar Amerika Serikat di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta, Kamis (28/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Depresiasi nilai tukar rupiah telah terjadi selama sepekan. Pelemahan berlanjut setelah rilis Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan defisit neraca perdagangan sebesar 2,5 miliar dolar AS. Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan tetap mempertahankan suku bunga acuan BI 7 Days Repo Rate untuk menjaga stabilitas makro ekonomi, khususnya tekanan terhadap nilai tukar rupiah.

"Tadinya berharap BI menurunkan. Tapi melihat depresiasi rupiah beberapa hari ini, defisit neraca perdagangan yang menyebabkan IHSG terkoreksi, jadi agak ragu BI akan menurunkan," ujar Ekonom INDEF Ahmad Heri Firdaus, Kamis (16/5).

Baca Juga

Defisit neraca perdagangan yang sangat jeblok tersebut merupakan imbas dari perang dagang antara Cina dan AS. Perlambatan ekonomi global, serta melemahnya harga komoditas juga turut mempengaruhi stabilitas makroekonomi. Selain itu saat ini bank sentral AS juga tidak lagi agresif menaikkan Fed Fund Rate (FFR).

Heri menilai, BI akan mempertahankan untuk menjaga selisih suku bunga BI Repo Rate dengan FFR untuk mempertahankan agar pasar Indonesia tetap menarik bagi investor asing. "Kalau BI mempertahankan, artinya menjaga selisih atau gap antara suku bunga BI dengan The Fed, sehingga menjaga aliran arus modal masuk," jelasnya.