Kamis 16 May 2019 22:30 WIB

Pelaku Mutilasi di Malang Pernah Potong Lidah Pacarnya

Pelaku mutilasi di Malang pernah potong lidah pacar dan diperiksa kejiwaannya

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Christiyaningsih
Pelaku mutilasi, Sugeng ditangkap di sekitar Klenteng, Jalan Martadinata, Kota Malang.
Foto: Dok Polres Malang Kota
Pelaku mutilasi, Sugeng ditangkap di sekitar Klenteng, Jalan Martadinata, Kota Malang.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kepolisian akhirnya berhasil menangkap pelaku mutilasi di Pasar Besar Malang, Sugeng Santoso, di seputaran Klenteng Martadinata Kota Malang pada Rabu (15/5) sore. Sebelum melakukan aksi mutilasi, pelaku dilaporkan pernah berbuat kejam pada kekasihnya di masa lalu. Sugeng pernah memotong lidah kekasihnya yang kini sudah tidak mampu berbicara dengan baik.

"Sampai sekarang (mantan) pacarnya juga (masih) ada di Pasar Besar (Pasbes)," kata Ketua RW 06 Jodipan Wetan Mochamad Luthfi saat ditemui di kediamannya, Kamis (16/5).

Baca Juga

Aksi kejamnya juga tidak berhenti di situ. Pria berusia 49 tahun itu juga pernah memukul kepala ayahnya dengan palu. Bahkan, dia pernah membuat keributan karena telah membakar kasur lalu membuangnya ke halaman rumah tetangga.

Menurut Luthfi, pelaku sebenarnya sempat diperiksa kejiwaannya di Porong. Pemeriksaan ini dilakukan usai dia melakukan aksi kejam kepada kekasihnya. Karena aksi ini, Sugeng juga pernah ditahan oleh kepolisian.

"Memang pernah diperiksa jiwanya tapi jawabannya kayak orang normal jadi otomatis dipulangkan. Kalau ditanya polisi, kurang normal jadi stres atau apa, kurang paham," kata Luthfi.

Sugeng sedari kecil telah menetap di Jodipan Wetan RT 04/06. Namun kediaman itu telah dibeli oleh orang tua Luthfi delapan tahun lalu. Semenjak itu, Sugeng hidup sebagai tuna wisma di Kota Malang.

Sekitar enam bulan lalu, Sugeng juga sempat tinggal di teras salah satu rumah warga yang kosong di RT 02/06 Jodipan Wetan. Dia biasa tidur dan menulis sejumlah kalimat di dinding rumah tersebut. Bentuk tulisan-tulisan ini yang kemudian membuat polisi meyakininya sebagai pelaku mutilasi.

Selain bentuk, tema teks yang tertulis juga serupa yang berada di TKP. Di kalimat-kalimat Sugeng selalu tertera kata 'ruwet' dan 'kematian'. Bedanya, tulisan Sugeng di rumah tersebut seperti menonjolkan suatu dendam yang akan dibawa mati.

Sugeng berada di rumah kosong itu hanya sebulan. Dia harus pergi karena rumah tersebut akan dikontrakkan oleh pemiliknya. Ia juga sempat tidur di teras ruko tak jauh dari tempat asalnya.

"Pernah juga di ruko sana (depan gang) tapi sama anak-anak diusir. Karena ruko itu tempat penitipan sepeda motor dan mobil. Takutnya dia melakukan tindakan yang bagaimana," jelas Luthfi.

Luthfi mengatakan Sugeng sebenarnya sampai saat ini masih memiliki keluarga. Luthfi bahkan mengenali beberapa suadara kandungnya di Jodipan. Namun, keluarga Sugeng seperti sudah melepasnya begitu saja.

Berdasarkan laporan yang diterima, saudara kandung sebenarnya masih peduli pada Sugeng. Mereka terkadang memberikan Sugeng makanan karena tahu dia pekerja serabutan.

"Sama saudara kandung tetap dikasih (makanan), tapi jangan sampai menetap di rumah. Ya, alasannya takut. Saudara masih ada belas kasihan, cuma perilakunya Sugeng itu (yang membuat mereka takut)," katanya.

Luthfi tak tahu pekerjaan Sugeng setelah tak lagi menetap di wilayahnya. Satu hal yang pasti, Sugeng tak pernah melepas tas ransel dan jaketnya. Berdasarkan laporan tetangga, ransel tersebut berisi senjata tajam seperti palu dan alat tulis.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement