REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Jam kerja perusahaan teknologi informasi (TI) atau digital di Cina yang menerapkan jam kerja '996' yaitu bekerja dari pukul 9 pagi hingga 9 malam selama enam hari kerja membuat seorang Qi Yaqian menyerah. Meski telah bekerja selama lebih dari enam tahun, Qi memilih mundur dan pulang ke kampung halamannya.
Qi kini sekarang tinggal di kampung halamannya di Mongolia dan menyewakan tenda Mongolia kepada wisatawan. Lain cerita dengan Amber Yu (28 tahun) yang menghabiskan masa kerja setahun di perusahaan gim NetEase Inc yang berbasis di Hangzhou dan bekerja hingga malam hari. Ia kemudian tergerak untuk berhenti kerja pada 2018 lalu setelah mengamati manajernya yang bekerja berjam-jam meski menderita penyakit diabetes melitus dan memiliki dua anak.
"Saya pikir, saya tidak ingin hidup seperti dia (manajer) selama sisa hidup saya," katanya.
Sementara itu, mantan insinyur teknologi informasi (TI) Liang Jingcao (30 tahun) merasakan hal yang sama. Dia berhenti dari pekerjaannya di pembuat televisi Konka Group Co Ltd pada 2017 dan kini mengajar ukulele.
"Saya mungkin bisa menemukan pekerjaan TI yang kurang tekanannya tetapi saya tidak akan mencari pekerjaan itu," ujarnya.
Qi, Amber, dan Liang menjadi beberapa generasi muda Cina yang mempertanyakan jam kerja panjang di bidang teknologi. Pada April 2019 lalu, protes karyawan perusahaan teknologi terkait jam kerja yang berlebihan muncul secara online. Protes tersebut menunjukkan pergeseran pola pikir dalam bekerja dalam industri teknologi selama berjam-jam kemudian dipuji oleh para eksekutif perusahaan dengan alasan untuk peningkatan ekonomi Cina.
"Tetapi perubahan itu dapat menimbulkan biaya bagi perusahaan teknologi," kata kapitalis ventura dan analis.
Menurut situs pencari kerja Maimai, bidang teknologi adalah satu-satunya industri dari 13 industri yang disurvei untuk melihat orang pergi dan bergabung antara Oktober 2018 dan Februari 2019.
"Salah satu biaya tertinggi dalam sebuah organisasi adalah tingginya pergantian karyawan," kata Rui Ma, seorang investor berbasis di San Fransisco yang mendanai startup di Cina dan Amerika Utara.
Sollicon Valley seperti Sequoia Capital's Mike Moritz menyorotinya sebagai keunggulan atas Amerika Serikat (AS). Tetapi penolak jam kerja ini juga mulai muncul April 2019 lalu ketika sekelompok programmer meluncurkan protes online praktik kerja tersebut. Jam kerja baru ini memicu debat publik tentang jam kerja di industri teknologi Cina. Padahal, media pemerintah Cina telah menyebut jam kerja 996 melanggar undang-undang (UU) perburuhan negara yang mengamanatkan setiap pekan bekerja selama 44 jam.