Jumat 17 May 2019 15:44 WIB

BI Proyeksi Inflasi Mei 0,51 Persen

Tingkat inflasi 0,51 persen dinilai masih terbilang normal.

Rep: Adinda Pryanka / Red: Friska Yolanda
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur di kantor Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (16/5).
Foto: Republika/Prayogi
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur di kantor Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (16/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan survei pemantauan harga Bank Indonesia (BI) yang dilakukan pada pekan ketiga bulan Mei, tingkat inflasi pada Mei mencapai 0,51 persen dibanding dengan bulan lalu (month to month/ mtm) atau 3,41 persen year on year (yoy). Meski lebih rendah dibandingkan inflasi April yang mencapai 0,44 persen, BI memastikan kenaikan akan terkendali di tengah periode Ramadhan dan jelang Lebaran.  

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, tingkat inflasi 0,51 persen tersebut sebenarnya masih terbilang normal. Bahkan, lebih rendah dibanding dengan bulan Ramadhan tahun-tahun sebelumnya. "Biasanya, pola historisnya itu hampir mencapai satu persen," ujarnya ketika ditemui di Kompleks BI, Jumat (17/5). 

Perry menyebutkan, beberapa komoditas memang mengalami kenaikan harga. Di antaranya cabai merah, bawang putih, daging ayam dan telur. Tapi, ada juga sejumlah komoditas yang mengalami deflasi atau penurunan harga, seperti bawang merah, beras dan tomat. 

Untuk mengantisipasi inflasi, Perry memastikan, BI sudah berkoordinasi dengan pemerintah melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di seluruh Indonesia. BI juga sudah menginstruksikan ke 46 kantor perwakilan BI di berbagai daerah untuk memperkuat koordinasi dengan pemerintah daerah maupun mitra kerja di daerah masing-masing dalam rangka pengendalian inflasi. 

Selain itu, Perry menambahkan, BI juga meminta kantor perwakilan daerah untuk memastikan ketersediaan uang, termasuk pecahan kecil. Hal ini dilakukan untuk memberikan fasilitas dan dukungan ke masyarakat. "Baik dalam bulan Ramadhan maupun menyambut Hari Raya Idul Fitri," katanya. 

Selain inflasi komoditas pangan, Perry juga menyebutkan dampak angkutan udara terhadap inflasi. Menurutnya, transportasi udara yang tengah menjadi isu selama beberapa waktu terakhir ini memberikan kontribusi hingga 1,04 persen sampai dengan pekan ketiga Mei.

Angka tersebut lebih rendah dibanding dengan inflasi tarif angkutan udara di bulan April yang tercatat 2,27 persen. Tapi, Perry menjelaskan bahwa kontribusi komponen tersebut terhadap inflasi tidak besar. Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) bulan lalu, kenaikan tarif angkutan udara memberikan andil inflasi 0,03 persen kepada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. "Sumbangannya terhadap inflasi IHK (indeks harga konsumen) secara keseluruhan itu kecil," ucap Perry.

Sebelumnya, BPS merilis inflasi pada April mencapai 0,44 persen, sementara inflasi inti secara yoy sebesar 2,83 persen. Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan, tingkat inflasi tersebut sebagai kondisi yang masih terkendali. 

Suhariyanto mengatakan, beberapa komoditas yang harus menjadi perhatian ke depan adalah bahan makanan. Sebab, kontribusinya terhadap inflasi mencapai 1,45 persen. Di antaranya bawang putih yang mengalami kenaikan harga 35 persen dan memberikan andil kepada inflasi pada April sebesar 0,09 persen. "Untuk bawang merah, naik 22,93 persen dan andil inflasi 0,13 persen," ujarnya dalam konferensi pers di kantornya, Kamis (2/5). 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement