Jumat 17 May 2019 22:00 WIB

Kota Baghdad Jadi Saksi Munculnya Ide Brilian al-Karaji

Al-Karaji menulis risalah penting aljabar, Al-Fakhri.

Ilustrasi kota melingkar Baghdad di abad ke-10.
Foto: ist
Ilustrasi kota melingkar Baghdad di abad ke-10.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Al-Karaji yang mempunyai nama lahir Abu Bakar Muhammad al-Karaji bin al-Hasan, dikenal sebagai al-Hasib (ahli hitung). Keahliannya tersohor sejak abad ke-10 M.

Menurut sejarawan Giorgio Levi Della Vida dalam karyanya, Appunti e Quesiti di Storia Letteraria Araba, al-Karaji berasal dari Karadj, Iran. Keterangan ini menepis keterangan pada salah satu karya tulis modern yang menyebut al-Karaji berasal dari daerah al-Karkh, Baghdad.

Baca Juga

Semasa muda, al-Karaji merantau ke Baghdad. Di kota ini, ia sempat memegang posisi tinggi dalam pemerintahan pada 1011 Masehi di era pemerintahan Buwaih (945-1055 M). Dia kemudian kembali ke tanah kelahirannya dan meninggal di sana pada 1015 M.

Sejatinya, tak ada sumber yang jelas mengenai tanggal kelahiran atau kematian al-Karaji. Sejumlah sejarawan meyakini, sang ilmuwan meninggal setelah 1015 M. Sangat sedikit sumber mengenai riwayat hidup sang ilmuwan. Namanya muncul pada era modern dengan sebutan al-Karaji atau al-Karakhi. Semuanya didasarkan pada eksistensi karyanya.

Para sejarawan sains paling sering menyebutnya dengan nama al-Karaji. Roshdi Rashed mengungkapkan, sangat sedikit informasi dalam sumber Arab klasik tentang al-Karaji. Apalagi, nama al-Karaji tidak disebutkan sejarawan Islam seperti Ibnu al-Nadim atau Ibnu Abi Usaybia dalam karya utama mereka.

Kota Baghdad menjadi saksi munculnya ide-ide brilian al-Karaji. Salah satunya risalah penting aljabar, Al-Fakhri. Karya ini didedikasikan untuk Fakhr al-Mulk, menteri Baha ‘al-Dawlah, penguasa Buyahid Baghdad.

Namun, di titik puncak kariernya, al-Karaji ternyata memutuskan untuk meninggalkan ibu kota Abbasiyah ini. Dia memilih berkonsentrasi pada bidang teknik, seperti hidrologi dan hidrolika. Maka, lahirlah buku Kitab al-Dakwah Islamiyah Inbat al-Khafiya

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement