Jumat 17 May 2019 20:44 WIB

Pesantren Potensial Sebagai Laboratorium Pendidikan Umum

Pesantren bukan hanya pusat pendidikan agama tetapi juga pelajaran umum

[ilustrasi] Sekolompok santri di sebuah pondok pesantren di Jawa Timur.
Foto: EPA/Fully Handoyo
[ilustrasi] Sekolompok santri di sebuah pondok pesantren di Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG— Rektor Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Budi Utomo Malang, Nurholis Sunuyeko, mengemukakan pondok pesantren atau ponpes tidak hanya sebagai tempat belajar agama dan sekolah reguler semata, tetapi juga bisa menjadi laboratorium untuk pengembangan pembelajaran dan pendidikan secara umum.

Untuk mewujudkan impian menjadikan ponpes sebagai laboratorium pembelajaran, IKIP Budi Utomo (IBU) menggandeng Ponpes Bahrul Maghfiroh dengan jangka waktu hingga lima tahun ke depan.

Baca Juga

"Kami akan membawa Ponpes ini sebagai laboratorium pembelajaran sekaligus menerapkan proses belajar mengajar berbasis teknologi sebagai upaya menyongsong digitalisasi industri (4.0) dalam berbagai aspek," kata Nucholis Sunuyeko di sela penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan Ponpes Bahrul Maghfiroh Kota Malang, Kamis (16/5) malam.

Lebih lanjut, Nurcholis yang juga Ketua Forki Kota Malang itu menjelaskan untuk tahap awal IKIP Budi Utomo akan memberikan perangkat teknologi untuk mendukung proses belajar mengajar di ponpes yang memiliki lembaga pendidikan formal mulai SD hingga SMA tersebut, karena IKIPBU akan menerapkan program pengajaran tanpa kertas alias paperless, seperti yang diterapkan dalam perkuliahan di kampus itu.

Lebih lanjut, Nurcholis mengatakan kerja sama ini sebagai proyek percontohan bagi kedua lembaga untuk mendapatkan pendidikan jasmani dan rohani, baik dunia maupun akherat.

"Pada intinya, kami mengemban misi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Hanya modelnya kami kolaborasikan dengan pendidikan berbasis pesantren, sehingga fungsi dan manfaatnya sebagai laboratorium pembelajaran dan pengembangan penelitian yang bertradisi ponpes modern," ujarnya.

Dalam proses belajar mengajar di ponpes, kata Nurcholis, sekaligus dilakukan penelitian terkait pengembangan pendidikan ke depan. "Mungkin saja ada penemuan metode pembelajaran yang lebih baik dan bisa dikembangkan dan diterapkan dalam dunia pendidikan kekinian," tuturnya.

Pengasuh Ponpes Bahrul Maghfiroh, Prof Muhammad Bisri mengaku bangga bisa bekerja sama dengan IBU Malang. "Kami senang dan bangga bisa menjalin kerja sama dengan IBU, sebab di Malang saat ini satu-satunya IKIP hanya IKIP Budi Utomo," kata mantan Rektor Universitas Brawijaya (UB) Malang tersebut.

Bahrul Maghfiroh, katanya, siap menerima model pembelajaran yang akan diterapkan IKIP Budi Utomo di Ponpes itu. Apalagi, model pembelajaran yang akan diterapkan IBU Malang itu berbasis teknologi.

Menurut dia, itu sangat tepat untuk menyiapkan kader-kader dan para calon pemimpin di era Revolusi Industri 4.0 ini. "Kami serahkan sepenuhnya model pembelajaran di Ponpes ini kepada IBU dan saya yakin Ponpes ini ke depan akan lebih baik dan mampu mengimbangi perkembangan zaman dan pesatnya teknologi," ucapnya.

Kerja sama ini, kata Bisri, cukup baik bagi kedua lembaga. Selain santri memperoleh pembelajaran baru melalui paperless berbasis teknologi, juga bagaimana para ustadz dan ustadzah mengajar yang baik dan benar, sesuai kurikulum, dan teknologi pembelajaran.

"Saya yakin Bahrul Maghfiroh akan semakin maju. Saya berharap kerja sama tidak hanya sampai di sini, namun terus berlanjut, sehingga sinergitas, baik dari sisi agama dan pengetahuan bisa memberikan manfaat yang lebih luas kepada masyarakat," ucap Bisri.

Dalam praktiknya nanti, IBU akan melaksanakan tiga misi perguruan tinggi di Ponpes tersebut, yakni yang berkaitan dengan akademik, riset dan pengabdian masyarakat.

Sebelumnya, IBU juga menggelar TOT bagi para ustaz dan ustazah PP Bahrul Maghfiroh guna mempermudah kolaborasi proses penelitian, pembelajaran, dan uji coba bagi kedua pihak yang terlibat.  

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement