REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) telah menyetujui 314 juta dolar AS dari kemungkinan penjualan rudal pertahanan udara ke Korea Selatan (KOrsel). Ini disampaikan Pentagon pada Jumat(17/5) lalu, saat ketegangan muncul kembali di Semenanjung Korea.
Korea Selatan, sekutu utama Asia Amerika Serikat, diminta untuk membeli hingga 94 rudal SM-2 yang digunakan oleh kapal terhadap ancaman udara, bersama dengan 12 sistem panduan dan bantuan teknis dengan total biaya 313,9 juta dolar AS, Badan Kerja sama Keamanan Pertahanan AS (DSCA) mengatakan di situs webnya.
Badan tersebut, unit Departemen Pertahanan, memberikan sertifikasi pada hari Kamis yang memberi tahu Kongres tentang kemungkinan penjualan. Penjualan yang diusulkan ini datang setelah Korea Utara (Korut) baru-baru ini mengkritik pembelian pertahanan Korea Selatan dari Amerika Serikat, termasuk kedatangan pesawat F-35 pertama.
Dengan perundingan denuklirisasi terhenti setelah pertemuan puncak kedua antara Korea Utara dan Amerika Serikat gagal di Hanoi pada bulan Februari, Korea Utara melanjutkan dengan uji coba senjata lebih banyak bulan ini. Korea Utara yang tertutup dan kaya, secara teknis masih berperang karena konflik mereka tahun 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.
Korea Selatan sudah menggunakan rudal SM-2 yang dikembangkan oleh Raytheon Co, tetapi sedang membangun lebih banyak rudal pertahanan yang dilengkapi dengan senjata. Korea Utara telah membanggakan mengenai rudal dari permukaan-ke-udara miliknya.
Secara terpisah, Jepang, sekutu penting AS di wilayah itu, juga disetujui untuk membeli rudal udara-ke-udara jarak menengah senilai 317 juta dolar AS dari Washington.