Ahad 19 May 2019 01:02 WIB

Sri Lanka Gelar Buka Puasa Bersama Umat Lintas Agama

Buka puasa bersama dimaksudkan untuk menunjukkan tak ada perpecahan antarumat agama.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Elba Damhuri
Seorang pria Muslim berdiri di depan Abbraar Masjid yang hancur akibat serangan massa di Kiniyama, Sri Lanka, Senin (13/5).
Foto: REUTERS/Dinuka Liyanawatte
Seorang pria Muslim berdiri di depan Abbraar Masjid yang hancur akibat serangan massa di Kiniyama, Sri Lanka, Senin (13/5).

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI --- Konsulat Jendral (Konjen) Sri Lanka yang berbasis di Dubai, Uni Emirat Arab, punya cara berbeda mengisi bulan suci Ramadhan. Konsulat Sri Lanka menjadi tuan rumah berbuka puasa bersama yang dihadiri umat lintas-agama.

“Tujuan kami menggelar acara ini untuk membuat orang-orang mengetahui bahwa tak ada perpecahan antara satu sama lainnya. Dan hari ini kami datang untuk menunjukkan solidaritas dan memberikan berkah di tanah air kami," kata Konsuler Jenderal Sri Lanka Charitha Yattogoda seperti dilansir Khaleej Times pada Sabtu (18/5).

Baca Juga

Rakyat Sri Lanka, lanjut Charitha, mencintai perdamaian dan pihaknya harus membawa semangat ini. Perdamaian dan persatuan menjadi kunci untuk membawa Sri Lanka bergerak usai serangan teroris pada Hari Paskah itu.

Kegiatan iftar yang dihadiri para tokoh agama itu dimaksudkan untuk membangun solidaritas antarumat beragama pascaserangan pada Hari Paskah di Sri Lanka, beberapa pekan lalu. 

Ada lebih dari 200 warga Sri Lanka dari berbagai agama yang menghadiri acara bertajuk malam persahabatan, kepedulian, dan berbagi semangat sejati di bulan suci Ramadhan. Iftar bersama yang diikuti tokoh-tokoh agama Muslim, Kristen, Hindu dan Budha itu dimulai sejak pukul 17.30 waktu setempat.

Usai pembacaan ayat suci Alquran, para tamu iftar mengheningkan cipta selama satu menit untuk mendoakan korban serangan Hari Paskah. Hening cipta juga ditujukan kepada keluarga serta para angkatan bersenjata yang telah mengorbankan hidupnya untuk melindungi sesama warga Sri Lanka dalam tragedi 21 April lalu itu.

Salah satu peserta iftar bersama antarumat beragama ini, Anosh Ahamath merasa senang melihat orang-orang dari pemeluk agama yang berbeda bisa bergabung untuk mengikuti berbuka puasa. Ia mengatakan insiden pengeboman yang terjadi di Sri Lanka mengingatkan banyak pihak agar tak henti-hentinya mengkampanyekan pemahaman budaya dan kesadaran akan pentingnya hidup berdampingan antarsemua agama.

“Sangat menggembirakan untuk dicatat bahwa konsul jenderal kami berada di garis depan dalam upaya untuk lebih memperkuat ikatan antara warga Sri Lanka dari berbagai etnis dan agama di UEA,” katanya.

Sejak serangan pada Hari Paskah terjadi dan diketahui pelaku terorisnya merupakan anggota gerakan Islam, serangan terhadap Muslim Sri Lanka terjadi. Masjid-masjid menjadi sasaran serangan.

Untuk mencegah peristiwa lebih buruk terhadap Muslim, Pemerintah Sri Lanka pun membuat beberapa langkah seperti melarang pemakaian media sosial untuk sementara. Juga, pemberlakuan jam malam di banyak kota.

Pemerintah Sri Lanka berkomitmen memberikan perlindungan terhadap seluruh warga negaranya termasuk Muslim yang saat ini menjadi sorotan dan korban serangan. Meluasnya gerakan anti-Muslim membuat Pemerintah Sri Lanka terus memberikan berbagai perlindungan lebih intens.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement