Ahad 19 May 2019 12:37 WIB

Ekonom: Bank Muamalat Harus Ubah Strategi Pascaakuisisi

Bank Muamalat mendapat suntikan dana Rp 2 triliun

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Bank Muamalat.
Foto: Republika/Prayogi
Bank Muamalat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mensahkan Al Falah Investments Pte Limited (Al Falah) sebagai investor baru yang mengakuisisi 50,3 persen saham. Adapun langkah akuisisi bertujuan untuk memperbaiki kinerja Bank Muamalat ke depannya.

Menurut Institute for Development of Economics and Finance (Indef) penambahan modal melalui akuisisi tersebut dapat memberikan ruang gerak untuk mengembangkan ekspansi bisnis Bank Muamalat.

Baca Juga

“Saya kira tambahan modal sebesar Rp 1,7 triliun oleh Al Falah cukup memberikan ruang gerak untuk mengembangkan ekspansi bisnis Bank Muamalat,” ujar Ekonom Indef Tauhid Ahmad ketika dihubungi Republika, Ahad (19/5).

Hanya saja, Tauhid memberikan empat catatan bagi Bank Muamalat untuk dapat mengubah strategi bisnisnya setelah diakuisisi oleh Al Falah. Pertama, Bank Muamalat dapat mengembangkan strategi layanan digital dengan mengadopsi

sistem microservices pada hal-hal yang spesifik.

“Misal dengan pengembangan pembayaran pendanaan noncash pada beragam kebutuhan pelanggan yang cepat, mudah dan efesien, seperti layanan Go Pay yang seharusnya terdapat layanan serupa yang berbasis syariah mengingat keraguan umat terhadap sistem tersebut,” ungkapnya.

Kedua, diperlukan open banking dalam menciptakan layanan keuangan baru yang lebih berfokus pada kebutuhan pelanggan. “Ini penting arsitektur ekonomi syariah baru digongkan oleh presiden dan terdapat berbagai peluang baru pada bidang ini, misalnya terkait industri halal yang membutuhkan layanan keuangan syariah,” ucapnya.

Ketiga,  berkaitan dengan pengembangan ekspansi kantor-kantor baru maupun non-office perlu dilakukan. Hal ini perlu bermitra pada lembaga-lembaga keagamaan maupun personil yang memiliki didikasi untuk pengembangan keuangan syariah. 

“Kalau jangkauan Bank Muamalat masih sama seperti kemarin maka tidak akan banyak perubahan, meski disuntik dengan modal Rp 1,7 triliun atau Rp 2 triliun dengan tambahan dana dari Al Falah dan Kospin,” jelasnya.

Keempat, terkait dengan sosialiasi pada tingkat masyarakat tentang perbankan syariah. Setidaknya diperlukan belanja iklan yang signifikan untuk menjawab keraguan masyarakat atas perbankan syariah dan khususnya layanan Bank Muamalat.

Sebelumnya Chief Executive Officer Bank Muamalat, Achmad Kusna Permana menyampaikan dana suntikan modal sebesar Rp 2 triliun. Dana tersebut berasal dari Al Falah sebesar Rp 1,7 triliun dan konsorsium Koperasi Simpan Pinjam Jasa (Kospin Jasa) sebesar Rp 300 miliar.

"Seluruh pemegang saham telah menyetujui seluruh rencana aksi dalam rangka penguatan struktur permodalan perseroan," kata Permana usai RUPS di Ballroom Muamalat Tower, Kuningan, Jakarta, Jumat (17/5).

Saat ini, statusnya masih dalam proses untuk mendapatkan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ia optimistis dengan masuknya modal maka Bank Muamalat dapat dengan leluasa melakukan ekspansi bisnis.

Adapun dana dari Al Falah sebesar Rp 1,7 triliun dari konsorsium Al Falah telah disetor ke rekening penampungan pada 30 April 2019. Sementara dana dari Kospin dan Lynx Asia juga telah masuk masing-masing sebanyak Rp 250 miliar dan Rp 50 miliar.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement