Ahad 19 May 2019 20:56 WIB

Hikmah di Balik Ibadah Puasa

Ibadah puasa Ramadhan memiliki banyak hikmah dan maslahat yang dapat dirasakan

Ilustrasi Ramadhan
Foto: Reuters/Amr Abdallah Dalsh
Ilustrasi Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Imam Nur Suharno

Islam menjadikan ibadah sebagai hal pertama yang dituntut dari seorang Muslim. Rukun Islam yang lima, setelah syahadahatain merupakan pelaksanaan ibadah, yakni shalat, zakat, puasa pada bulan Ramadhan, dan haji.

Dalam Islam, terdapat bermacam ibadah yang harus ditunaikan oleh setiap Muslim. Ibadah badaniyah, ibadah yang dilakukan dengan kekuatan badannya, seperti ibadah shalat dan puasa. Ibadah maliyah, ibadah yang dilaksanakan dengan mengeluarkan harta benda miliknya karena-Nya, seperti zakat dan sedekah.

Ibadah badan maliyah, ibadah yang dilaksanakan dengan kekuatan badan dan kecukupan hartanya, seperti ibadah haji dan umrah. Ibadah yang berupa pelaksanaan suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan, seperti shalat, zakat, dan haji.

Ibadah yang berupa meninggalkan dan menahan, seperti menahan dan meninggalkan makan, minum, dan segala hal yang membatalkannya, yakni ibadah puasa. Ibadah yang mengandung menahan dan meninggal kan ini bukan suatu yang negatif, karena sikap menahan dan meninggalkan ini dilakukan dengan kemauan sendiri dan penuh kesadaran, serta hanya mengharapkan keridhaan-Nya.

Ibadah seperti puasa ini termasuk pekerjaan badaniyah dan memiliki bobot pahala tertentu di sisi-Nya. Hal ini diperkuat oleh hadis qud si, Setiap pahala anak Adam untuk diri nya kecuali puasa, ia untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan pahala nya. Ia meninggalkan makan dan naf su seks hanya untuk-Ku. (Muttafaq alaih).

Ibadah puasa Ramadhan memiliki banyak hikmah dan maslahat yang dapat dirasakan bagi yang menunaikannya, sebagaimana dikatakan oleh Dr Yusuf Qardhawi dalam kitabnya Fiqih Shiyam. Pertama, membersihkan jiwa dengan menaati perintah dan menjauhi larangan-Nya. Melatih jiwa agar selalu menghambakan diri secara totalitas hanya kepada-Nya meskipun dengan menahan nafsu makan dan seks serta menahan segala sesuatu yang menjadi kesenangan jiwa.

Kedua, berjuang melawan hawa nafsu, membiasakan sabar dan me nahan kesenangan. Manusia memiliki banyak kemauan, salah satunya dalam hal berbuat baik. Dalam Islam, seseorang dituntut sabar dalam menjalankan ketaatan dan dalam meninggalkan kemaksiatan. Maka, tak heran jika Nabi SAW menamai bulan puasa sebagai bulan sabar (HR Bazzar).

Ketiga, selalu ingat akan nikmat-Nya. Seseorang tidak akan menget ahui nilai suatu nikmat kecuali setelah ia pernah tidak mendapatkannya. Seseorang akan merasakan nikmat kenyang jika ia pernah merasa lapar. Setelah kenyang, akan berkata dalam hatinya, "Alhamdulillah". Keempat, ter kandung hikmah sosial.

Setiap orang yang berpuasa dipaksa untuk la par meskipun ia seorang kaya. Ia dipaksa untuk merasakan lapar se perti yang dirasakan fakir miskin se hingga lahir karakter untuk berder ma. Kelima, mengendalikan libido seksual.

Berkaitan hal ini, Nabi SAW menganjurkan kepada para pemuda yang belum mampu menikah agar mau berpuasa sampai ia mendapatkan kemampuan untuk menikah (HR Bukhari).

Keenam, mengangkat derajat takwa. Puasa dapat menyiapkan dan membawa manusia kepada derajat takwa, yang menjadi tujuan disyariatkannya puasa (QS al-Baqarah [2]: 183).

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement