REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi dan beberapa negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) disebut mengizinkan Amerika Serikat (AS) untuk mengerahkan pasukannya di perairan dan wilayah Teluk Arab. Hal itu menyusul meningkatnya ketegangan dengan Iran.
“Arab Saudi dan negara-negara GCC lainnya tidak ingin memulai perang dengan Iran, tapi mereka ingin mengirim pesan kuat ke Teheran bahwa mereka tidak bisa melewati garis merah dengan terus memprovokasi pasukan yang beroperasi di Teluk Arab,” kata beberapa sumber di GCC, dikutip laman Asharq Al-Awsat, Sabtu (18/5).
Mereka mengatakan persetujuan negara-negara Teluk tentang pengerahan pasukan AS ke kawasan Teluk Arab didasarkan pada perjanjian bilateral. Hal itu menjadi bagian dari upaya bersama antara negara-negara terkait dan AS untuk mengantisipasi tindakan agresif Iran yang dapat mengganggu lalu-lintas maritim. Dengan demikian, pasokan energi akan tetap terjaga.
AS telah mengirim kapal induk USS Abraham Lincoln dan pesawat bomber B-52 ke Teluk Persia. Itu merupakan cara Washington untuk menekan Iran agar bersedia merundingkan kembali program nuklirnya.
Kehadiran kapal induk dan pesawat bomber AS di Teluk telah memantik ketegangan dan risiko peperangan dengan Iran. Situasi semakin memburuk karena adanya sabotase terhadap empat kapal tanker, dua di antaranya milik Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA), di lepas pantai UEA pekan lalu.
Beberapa pejabat di pemerintahan AS telah menuding Iran terlibat dalam peristiwa itu. Sebaliknya, Teheran menuduh pejabat garis keras di pemerintahan AS yang merencanakan aksi sabotase dengan tujuan agar meningkatkan ketegangan.
Baik Iran, Saudi, maupun AS telah menyatakan tak menginginkan terjadinya peperangan. Namun mereka pun siap menghadapi skenario terburuk jika hal itu harus terjadi.