REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah cara dilakukan PT Pertamina (Persero) untuk menciptakan kilang yang lebih efisien dan handal. Salah satunya adalah dengan melakukan modernisasi kilang.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia, Ignatius Tallulembang menjelaskan saat ini Pertamina sedang melakukan modernisasi kilang dengan teknologi canggih serta prinsip keamanan dan keselamatan lingkungan yang semakin kuat.
"Penerapan nilai HSSE ini diawasi secara ketat dalam pelaksanaan RDMP dan GRR. Hal ini juga harus dilakukan pada TBBM dan Depo sebagai sarana dan fasilitas pendukung distribusi BBM agar semakin handal," ujar Talullembang melalui keterangan tertulisnya, Ahad (19/5).
Tallulembang menegaskan pentingnya HSSE dalam melakukan operasional, meskipun sarfas yang ada di TBBM dan depot LPG Makassar saat ini termasuk sudah tua namun harus tetap dijaga dan mengoperasikannya dengan baik. Tallulembang juga memastikan kesiapan Satgas RAFI Pertamina 2019 menghadapi arus mudik Idul Fitri 1440 H khususnya di Sulawesi.
“Kita harus terus melakukan improvement dan memastikan kelayakan opersional serta memitigasi setiap potensi dini untuk memastikan kehandalan sarfas aman, predictive maintenance dan meningkatkan awarness serta teknologi," tegasnya.
Menurut Tallulembang, proyek RDMP dan GRR yang ditargetkan selesai secara bertahap pada 2025-2026, akan menjadikan Pertamina swasembada energi, sehingga tidak perlu lagi impor BBM. Bahkan, beberapa produk BBM seperti solar dan avtur diperkirakan akan mengalami surplus yang besar.
“Kilang yang dibangun Pertamina memiliki sfesifikasi tinggi sehingga nantinya produk-produk BBM yang mengalami surplus bisa diolah lanjutan menjadi petrokimia,” imbuh Tallulembang.
Dengan modernisasi kilang, Pertamina menargetkan bisa menghasilkan produk petrokimia berkisar 6.600 kilo ton per tahun (KTPA), jauh meningkat dibanding produksi saat ini yang berkisar 600 KTPA. “Pertamina akan terus melakukan sinergi dalam memasarkan produk petrokimia, termasuk dalam menyukseskan proyek RDMP dan GRR,” imbuhnya.