REPUBLIKA.CO.ID, COLOGNE – Seorang politisi Jerman-Turki mengaku mendapatkan banyak surat terkait Islamofobia dan ancaman kematian dalam beberapa pekan terakhir menjelang pemilihan Parlemen Eropa (EP) pada 26 Mei nanti. Belum diketahui siapa pengirim surat tersebut.
Pemimpin Aliansi pro-imigrasi untuk Inovasi dan Keadilan (BIG), Haluk Yildiz, mengatakan surat-surat itu dikirim beberapa orang tak dikenal dan isinya termasuk penghinaan dan ancaman xenofobia atau ketakutan terhadap orang-orang dari negara lain.
"Dalam salah satu surat mereka mengatakan bahwa kami telah melewati batas. Mereka mengklaim bahwa hanya Jerman yang memiliki suara di negara ini," kata dia dilansir dari laman Anadolu Agency, Senin (20/5).
Yildiz mengatakan, pihaknya menanggapi surat yang berisi ancaman tersebut secara serius, mengingat adanya peningkatan kekerasan neo-Nazi dalam beberapa tahun belakangan. "Tapi ancaman seperti itu tidak akan menghalangi kita, kita akan melanjutkan perjuangan politik kita di sini," katanya.
Yildiz adalah kandidat utama BIG, sebuah partai kecil yang didirikan pada 2010 oleh sekelompok migran di Jerman. Partai ini berharap untuk memenangkan kursi di Parlemen Eropa untuk pertama kalinya.
Populasi umat Islam mengalami perkembangan di Jerman. Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Der Tagesspiegel, Kepala Dewan Pusat Muslim di Jerman, Aiman Mazyek, mengatakan, sebanyak dua kali lipat umat Islam mengalir ke masjid-masjid dalam sebulan terakhir sejak Maret lalu.
Mengomentari revolusi demografi yang menyapu Jerman ini, Mazyek berujar, "Jumlah Muslim di Jerman akan meningkat secara signifikan." Pew Research Center juga mencatat, tingkat alami kenaikan populasi Muslim di Jerman berkisar 1,6 persen per tahun atau 77 ribu jiwa.
Berdasarkan proyeksi ini, populasi Muslim Jerman diperkirakan sebanyak 5,785 juta pada akhir 2015. Ada 5.068 ribu Muslim pada akhir 2014, ditambah 640 ribu migran yang telah tiba di Jerman, dikombinasikan dengan peningkatan alami sebesar 77 ribu jiwa. Ini berpotensi membentuk Jerman sebagai negara dengan populasi Muslim tertinggi di Eropa, lebih tinggi dari Prancis.
"Kami tiba-tiba memiliki 5 juta Muslim," kata Thomas Volk, seorang ahli Islam dari Konrad Adenauer Foundation, sebuah lembaga think tank yang berkaitan dengan Partai Merkel, Christian Democratic Union (CDU).