REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Harga komoditas daging ayam di pasar tradisional di Kota Sukabumi kembali mengalami kenaikan. Padahal harganya di pelaan pertama puasa sempat mengalami penurunan harga.
Data Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perdagangan dan Perindustrian (Diskopdagrin) Kota Sukabumi menyebutkan, harga daging ayam saat ini mencapai Rp 38 ribu per kilogram. Sebelumnya pada 17 Mei 2019 lalu harganya masih Rp 36 ribu per kilogram.
"Hasil monitoring harga di Pasar Pelita dan Pasar Tipar Gede, rata-rata harga daging ayam naik," ujar Kepala Bidang Perdagangan Diskopdagrin Kota Sukabumi Heri Sihombing kepada wartawan Senin (20/5). Di mana kenaikan harta mencapai Rp 2 ribu per kilogram.
Menurut Heri, harga daging ayam di awal Ramadhan sempat mencapai Rp 40 ribu per kilogram. Namun beberapa hari kemudian berangsur turun dan sempat mencapai Rp 36 ribu per kilogram.
Namun ungkap Heri di pertengahan Ramadhan harganya kembali naik menjadi Rp 38 ribu per kilogram. Kondisi ini terjadi karena meningkatnya permintaan di pasaran dan penyebab lainnya.
Heri mengatakan, pemkot berharap harga daging ayam tidak mengalami kenaikan lagi menjelang lebaran. Namun mekanisme harga daging ayam berada di pasaran.
Di sisi lain Heri menerangkan, untuk komoditas lainnya harganya relatif stabil dan ada yang turun. Misalnya harga daging sapi kembali ke harga Rp 110 ribu per kilogram. Sebelumnya di awal puasa harga daging sapi sebesar Rp 120 ribu per kilogram.
Jenis daging sapi Has luar pun turun dari Rp 135 ribu per kilogram menjadi Rp 120 ribu per kilogram. Selain itu komoditas telur ayam masih tetap di kisaran harga Rp 25 ribu per kilogram.
Heri menuturkan, harga komoditas beras terpantau stabil. Jenis beras Ciherang Rp 12.000 per kilogram, IR 64 Rp 11.000 per kilogram, IR 64 Rp 9.800 per kilogram, dan beras premium klas I Rp 12.500 per kilogram, serta harga terendah beras Rp 9000 per kilogram.
Salah seorang warga Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi Rina N (44 tahun) mengatakan, harga daging ayam di pasaran saat ini masih cukup mahal. "Biasanya makin mahal menjelang lebaran," cetus dia.
Sehingga ungkap Rina, dengan kondisi ini maka masyarakat akan kesulitan untuk membelinya. Terutama bagi warga yang tingkat daya belinya masih rendah.