REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mengatakan, kepolisian menemukan indikasi adanya kelompok tertentu yang akan memanfaatkan momentum aksi pada 22 Mei nanti untuk membuat kekacauan. Aksi tersebut berbarengan dengan pengumuman hasil resmi perhitungan suara oleh KPU.
"Kita bukan menakut-nakuti, kita justru ingin memberikan informasi yang sesungguhnya. Bahwa memang ada indikasi-indikasi akan terjadi sesuatu yang akan dilakukan oleh kelompok tertentu," ujar Moeldoko di kantornya, Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Senin (20/5).
Menurut dia, informasi adanya penyusupan dalam aksi 22 Mei tersebut didapatkan dari pengakuan sejumlah terduga teroris yang telah ditangkap kepolisian. Selain itu, Moeldoko juga menyebut adanya upaya penyelundupan senjata yang akan digunakan saat aksi nanti.
"Intelijen kita juga telah menangkap upaya penyelundupan senjata. Kita tangkap. Ada senjatanya, orangnya lagi diproses," kata dia.
Senjata yang diselundupkan tersebut nantinya akan digunakan untuk mengganggu keamanan saat aksi demonstrasi berlangsung, sehingga akan menimbulkan kekacauan.
"Ya bisa melakukan menembak pada kerumunan, seolah-olah itu tembakan dari aparat keamanan TNI Polri, akhirnya itu menjadi trigger berawalnya sebuah kondisi chaos," jelasnya.
Mantan Panglima TNI itu menegaskan, informasi yang disampaikan oleh pemerintah tersebut bukan untuk menakut-nakuti masyarakat. Namun untuk mengimbau dan melindungi masyarakat agar menjauhi lokasi yang berpotensi berbahaya.
"Justru kita beri informasi yang benar, yang sesungguhnya kepada masyarakat, agar masyarakat bisa menilai, agar masyarakat bisa menentukan harus bagaimana. Kalau memang ada suatu area tertentu itu membahayakan, ya jangan datang," kata dia.
Imbauan kepada masyarakat agar tak ikut dalam aksi 22 Mei nanti juga telah disampaikan oleh para pemimpin daerah dan juga kepolisian daerah. Moeldoko juga menegaskan, aparat keamanan siap menjaga sejumlah objek vital yang berpotensi terjadi kerusuhan.