REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Ustaz Abuya Masnur mengatakan riya artinya memperlihatkan sekaligus memperbagus suatu amal ibadah dengan tujuan diperhatikan dan mendapat pujian dari orang lain. Ustaz Abuya mengatakan riya merupakan perbuatan tercela.
"Dalam bahasa Arab, riya adalah 'arriya, berasal dari kata kerja 'raa' yang bermakna memperlihatkan. Dengan memperlihatkan amalan kita pada orang lain, amal akan menjadi sia-sia," kata Abuya dalam keterangannya di Kampar, beberapa waktu lalu.
Abuya yang juga Penyuluh Agama Islam (PAI) Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kampar Utara itu mengatakan, Rasulullah SAW bersabda, sesungguhnya amalan itu tergantung pada niatnya. Sesungguhnya amalan seseorang itu akan dibalas sesuai dengan apa yang ia niatkan.
Ia mengatakan, amal perbuatan yang diridhai Allah SWT ialah yang diniatkan kepada Allah semata, dikerjakan dengan ikhlas sesuai dengan kemampuan, tidak pilih kasih, dan merupakan rahmat bagi seluruh alam.
"Namun ibadah yang tidak akan diterima oleh Allah SWT merupakan amal ibadah yang dikerjakan dengan niat bukan kepada Allah SWT, tidak ikhlas karena ingin mendapat imbalan, bisa berupa pujian atau penghargaan, serta mengada-ada," katanya.
Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima, seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia (Q.S. Al-Baqarah: 264).
Bersamaan dengan sumah, riya, merupakan perbuatan tercela dan masuk ke dalam syirik kecil. Allah SWT berfirman, sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah SWT dan Allah SWT akan membalas tipuan mereka.
Dan jika mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud riya dengan shalat itu di hadapan manusia, dan tidaklah mereka zikir kepada Allah kecuali sedikit sekali (Q. S. An-Nisa: 142).
Selain itu, dari Mahmud bin Labid, Rasulullah SAW bersabda, sesungguhnya yang paling ditakutkan dari apa yang saya takutkan menimpa kalian adalah asy syirkul ashghar (syirik kecil). Maka, para sahabat bertanya, apa yang dimaksud dengan asy syirkul ashghar? Beliau menjawab: "Ar riya," katanya.