Selasa 21 May 2019 16:23 WIB

Jutaan Warga Libya Kekurangan Air

Kelompok bersenjata menyerang pusat layanan distribusi pasokan air Libya.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nur Aini
Warga memilih meninggalkan Derna, Libya, setelah konflik menerpa wilayah tersebut. (ilustrasi)
Foto: EPA/Tarek Faramawy
Warga memilih meninggalkan Derna, Libya, setelah konflik menerpa wilayah tersebut. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Pasokan air ke ibu kota Libya dan kota-kota di sekitarnya telah terputus. Hal itu terjadi setelah kelompok bersenjata menyerbu ruang kendali pasokan air. Akibatnya, jutaan orang tanpa air saat suhu musim panas mulai meningkat.

Orang-orang bersenjata tiba pada Ahad (19/5) di ruang kontrol di Jafara sebagai proyek Great Man-Made River, yang mengangkut air melalui jaringan pipa bawah tanah dari Sahara ke Tripoli sebuah kota dengan lebih dari dua juta orang dan daerah pesisir lainnya. Kelompok itu memaksa staf untuk menutup pipa air yang terhubung ke sumur bawah tanah.

Baca Juga

Badan yang mengawasi proyek air menegaskan pihaknya tidak pernah memihak dalam perselisihan sipil. Akan tetapi menyatakan pasokan air tidak boleh digunakan untuk mengejar kepentingan apa pun. 

"Air adalah hadiah Tuhan untuk semua dan tidak boleh digunakan untuk mendikte atau menawar dalam kondisi apa pun," kata otoritas, dilansir dari Guardian, Selasa (21/5).

Kelompok tersebut mengaku sebagai pendukung pemimpin Tentara Nasional Libya (LNA), Field Marshal Khalifa Haftar. Pasukan Haftar mendominasi bagian timur dan selatan Libya. Mereka telah berusaha untuk mengambil ibu kota dari pemerintah yang didukung PBB dalam Government of national accord (GNA).

Pasukan Haftar telah mengepung Tripoli dari 4 April dengan dukungan diam-diam dari negara-negara termasuk Uni Emirate Arab, Arab Saudi, dan Mesir. 

Akibat serangan itu, air tidak hanya akan terpotong ke Tripoli, tetapi juga ke Gharyan, dan beberapa kota pegunungan barat lainnya. 

Tidak diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan persediaan air. Namun insiden tersebut menyorot kerentanan struktur sipil Libya terhadap perang yang berkepanjangan. 

Libya secara berkala menderita pemadaman air. GNA menuduh kelompok bersenjata itu berkoordinasi dengan pasukan Haftar berusaha mengunci air dari ibu kota.

Adapun bagian timur dan barat Libya telah terpecah sejak Muammar Gaddafi digulingkan, dengan bantuan pasukan yang didukung NATO pada 2011.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement