Selasa 21 May 2019 20:00 WIB

Jejak Islam di Italia Selatan

Periode kekuasaan Islam di Sicilia merupakan tahap awal revolusi perdagangan

Italia: Sisilia berada di sisi kiri tepat di jempol Italia. Seluruh negara disinari cahaya, menjadikan sedikit tempat yang terlihat sama baik di siang maupun malam hari.
Foto: Lights of Mankind: Earth at From Space/NASA
Italia: Sisilia berada di sisi kiri tepat di jempol Italia. Seluruh negara disinari cahaya, menjadikan sedikit tempat yang terlihat sama baik di siang maupun malam hari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Italia merupakan negara yang terdiri atas semenanjung besar yang menyerupai sepatu boot dan memanjang ke Laut Mediterania. Negara berjuluk negeri spagheti itu memiliki dua pulau besar, yakni Sicilia dan Sardinia. Kini, Italia menjadi rumah bagi sekitar 850 ribu Muslim.

Islam memiliki sejarah yang panjang dengan Italia. Betapa tidak. Pada abad ke-9 hingga 11 M, peradaban Islam pernah menguasai bagian selatan negara yang kini memiliki penduduk terbesar keenam di Eropa dan terpadat ke-23 di dunia itu.

Jejak peradaban Islam di Italia bagian selatan telah dimulai ketika Sicilia jatuh dalam genggaman kaum Muslim.  Peradaban Islam mulai bersemi di Sicilia sejak 15 Juli 827 M. Ketika itu, pasukan tentara Dinasti Aghlabid  atau Aghlabiyah di bawah kekuasaan Ziyadat Allah I berhasil menaklukkan kekuasaan Bizantium.

Dinasti Aghlabid merupakan kerajaan Islam yang berada dalam lindungan Kekhalifahan Abbasiyah. Dinasti itu  menguasai Ifriqiyah meliputi Aljazair, Tunisia, dan Tripoli.  Dinasti yang berkuasa dari tahun 800 M hingga 909 M itu berpusat di Tunisia.

Diperkuat 10 ribu pasukan infanteri, 700 pasukan berkuda, serta 100 armada kapal, pasukan Muslim di bawah komando Asad Ibnu Al-Furat (70 tahun) berhasil mengandaskan kekuatan Bizantium dalam pertempuran di dekat Mazara. Secara resmi, Kota Palermo--ibu kota Sicilia--ditaklukkan umat Islam pada 831 M.

Sejak berada dalam kekuasaan Islam, Sicilia menjelma menjadi salah satu pusat peradaban di Eropa, setelah Kordoba. Bangunan masjid yang tersebar di seluruh kawasan Sicilia tak hanya menjadi tempat beribadah semata. Masjid-masjid itu juga berfungsi sebagai sekolah tempat bersemainya benih peradaban dan ilmu pengetahuan.

Di bawah kekuasaan Islam, Sicilia memiliki universitas Islam terkemuka. Sekolah-sekolah di wilayah itu dilengkapi dengan asrama siswa dan mahasiswa. Tak heran, bila begitu banyak remaja dan anak muda dari berbagai penjuru Eropa menimba ilmu di sekolah dan universitas Islam di Sicilia.

''Palermo adalah sebuah kepulauan metropolis yang mengombinasikan kekayaan dan kemuliaan. Sebuah kota kuno yang elegan,'' papar Ibnu Jubair, seorang penjelajah Muslim, memberi sebuah kesaksian tentang kemajuan yang berhasil dicapai penguasa Muslim di Sicilia.

Periode kekuasaan Islam di Sicilia merupakan tahap awal revolusi perdagangan di abad pertengahan. Pada era itulah masyarakat Sicilia merasakan kemakmuran dalam pertumbuhan ekonomi yang begitu pesat. Akhir abad ke-10 M, sejarawan bernama Udovitch menjelaskan betapa Sicilia telah menjelma menjadi pusat perdagangan di dunia Mediterania.

Umat Islam menguasai peradaban di Sicilia hingga 1061 M. Perdaban Islam di wilayah itu dikembangkan oleh sejumlah dinasti Islam, antara lain Dinasti Aghlabid atau Aghlabiyah (827 M - 909 M). Setelah itu, kekuasaan Islam di wilayah itu jatuh di tangan Dinasti Fatimiyah, sebuah kekhalifahan Islam bermazhab Syiah yang berpusat di Mesir.

Kekuasaan atas Sicilia terlepas pada abad ke-11 M, ketika  wilayah itu dikuasai oleh Emirat Sicilia.  Pasukan  Emir Abu Al-Qasim (964 M - 982 M) terus digempur Bizantium. Kekuasaan Islam pun meredup seiring perebutan kekuasaan di tubuh umat Islam. Pada 1061 M, Sicilia pun lepas dari tangan umat Islam. Kehadiran peradaban Islam di Sicilia merupakan berkah bagi peradaban Barat.  Sebab, dari wilayah itulah Barat mentransfer pengetahuannya dari dunia Islam.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement