REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penjelajah Muslim, Ibnu Jubair, memberi sebuah kesaksian tentang kemajuan yang berhasil dicapai penguasa Muslim di Sicilia. Dalam buku perjalanannya, Ibnu Jubair melukiskan kemajuan pesat yang dicapai Palermo, Ibu Kota Sicilia. "Palermo adalah sebuah kepulauan metropolis yang mengombinasikan kekayaan dan kemuliaan. Sebuah kota kuno yang elegan," papar Ibnu Jubair.
Bahasa Arab pun menjadi bahasa pengantar masyarakat Sicilia. Ibnu Jubair menyaksikan wanita dan pria Kristen pun sehari-hari berbicara dengan bahasa Arab. Kehadiran Islam di Sicilia seakan menjadi berkah bagi masyarakatnya. Perekonomian Sicilia menggeliat setelah berada dalam kekuasaan umat Islam. Industri tekstil tumbuh pesat pada era kejayaan Islam di salah satu wilayah otonomi Negeri Spageti itu.
Industri kerajinan pun tumbuh dan berkembang pada saat itu. Kehadiran Islam di tanah Sicilia juga memberi pengaruh yang besar terhadap bidang pertanian. Para petani dan sarjana Muslim memperkenalkan teknik-teknik baru pertanian serta benih tanaman yang unggul. Akibatnya, roda perekonomian ekonomi lokal bergerak begitu cepat.
Buah jeruk merupakan komoditas agrobisnis terkemuka yang dihasilkan para petani Sicilia. Penguasa Islam juga memperkenalkan dan mengembangkan saluran irigasi di wilayah itu. Teknologi pertanian yang diwariskan umat Islam itu tetap digunakan masyarakat Sicilia, sekalipun umat Islam tak lagi berkuasa di wilayah itu.
Periode kekuasaan Islam di Sicilia merupakan tahap awal revolusi perdagangan di abad pertengahan. Pada era itulah masyarakat Sicilia merasakan kemakmuran dalam pertumbuhan ekonomi yang begitu pesat.
Akhir abad ke-10 M, sejarawan bernama Udovitch menjelaskan betapa Sicilia telah menjelma menjadi pusat perdagangan di dunia Mediterania. Kawasan itu bersama Tunisia menjadi persimpangan rute perdagangan.
Kafilah dari Sijlimasa, selatan Maroko, membawa beragam komoditas dari Afrika dan Maroko untuk dijual ke Palermo dan Mazara. Sicilia menjadi jembatan perdagangan antara Muslim di Timur dan Muslim di Barat.
Bahkan, pada akhir abad ke-10 M, Sicilia menjadi produsen utama kain sutra. Pada era itu, Sicilia sudah mulai menggunakan koin emas atau ruba'ya yang benilai seperempat dinar. Mata uang itu sungguh bernilai di kota-kota perdagangan lain, seperti Mesir, Suriah, dan Palestina.
Sayangnya, kekuasaan umat Islam di Sicilia harus berakhir pada 1061 M. Kekuatan umat Islam yang lemah dimanfaatkan bangsa Normandia. Sejak itu, dominasi Islam pun lenyap dari bumi Sicilia. Meski begitu, pengaruh dan peradaban yang diwariskannya masih tetap bertahan hingga sekarang.