REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski kekuasaan peradaban Islam berakhir di Sicilia di akhir abad ke-11 M, pengaruhnya sungguh amat luar biasa. Para penguasa Sicilia yang non-Muslim terpengaruh oleh peradaban dan kebudayaan yang ditanamkan dinasti Islam yang menguasai wilayah itu selama tiga abad.
Raja Roger I (1093-1101 M) yang menguasai Sicilia di akhir era dominasi Islam, memperlakukan umat Islam dengan amat baik. Sama halnya ketika Islam menguasai Sicilia. Umat Islam pada zaman Roger I mendapat perlindungan. Ia juga mengakui agama Islam.
Bahkan, umat Islam diperbolehkan memiliki hakim sendiri. Umat Islam masih diperbolehkan untuk merayakan hari raya di tempat umum. Bahkan, ketika Paus menyerukan Perang Salib untuk melawan Islam, Raja Roger I memilih abstain. Saat itu, separuh penduduk Sicilia adalah Muslim. Mereka menguasai sistem pemerintahan dan militer.
Raja Roger II (1101-1154 M) juga memberlakukan kebijakan yang sama. Raja Roger II juga melindungi umat Islam. Bahkan, umat Islam di Sicilia pada masa itu memiliki keyakinan bahwa Roger II adalah seorang Muslim. Betapa tidak. Raja Roger II tetap mempertahankan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar. Bahkan, dalam koin pun masih menggunakan bahasa Arab. Uniknya, Raja Roger II lebih memilih gaya pakaian yang biasa digunakan oleh para penguasa Islam.
Di istananya, sejumlah penyair dan ilmuwan Islam bekerja untuk Raja Roger II. Salah satu ilmuwan Muslim yang bekerja untuk Roger II adalah Al-Idrisi. Ia membuatkan bola peta yang sangat bagus untuk Raja Roger II. Padahal, saat itu, tengah terjadi Perang Salib antara kekuatan Islam dan Kristen. Lagi-lagi, penguasa Kristen di Sicilia tak tertarik untuk berperang melawan peradaban yang telah mengajari mereka.
Raja Roger II diganti oleh William I (1154-1166 M). Sama seperti sang ayah, William I juga masih melindungi umat Islam. Ia juga mendorong studi-studi Islam dan Arab. Kerajaan Kristen di Sicilia mulai memerangi Islam dalam Perang Salib ketika dipimpin William II (1166-1189 M).
Meski begitu, ia tetap meniru gaya para raja islam. Ia menguasai bahasa Inggris dan memilih menteri dari orang Islam serta memberi kebebasan bagi umat Islam untuk beribadah. Bahkan, hingga Raja Fredrik II pun sangat tertarik dengan kebudayaan Arab. Ia membangun hubungan yang harmonis dengan penguasa Ayyubiah di Mesir dan Suriah.Kebijakan Fredrik II yang bersahabat dengan Islam membuat Paus Gregory IX murka. Raja Fredrik II pun terpaksa mengerahkan 600 pasukannya melawan tentara Islam di Perang Salib.