REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jejak peradaban Islam tak hanya melekat pada bangunan-bangunan megah. Ada juga tapak jejaknya pada tempat hunian. Paling tidak ini terlacak pada rumah yang ada di Suriah dan Mesir.
Bermula dari kebiasaan Muslim Arab yang hidup nomaden. Mereka biasa memanfaatkan konsep tempat tinggal berhalaman di tengah perjalanan sebelum mencapai tempat yang mereka tuju.
Mereka mendirikan tendatenda di padang pasir, sebagai tempat tinggal. Ruang tengah dibuat sebagai tempat perlindung an dan keamanan untuk ternak mereka. Mahmoud Zein al-Abidin, Ketua Shadirwan Center for Architecural Heritage, Suriah dalam tulisannya Courtyard Houses of Syria, mengatakan, seiring perkembangan arsitektur Islam, halaman menjadi elemen penting bagi rumah tinggal Muslim.
Selain sebagai gaya hidup, halaman berfungsi sebagai ruang tamu terbuka. Tipologi perkembangan rumah tadi banyak ditemui di Suriah. Sejumlah contoh rumah berhalaman juga banyak ditemui di Aleppo, Suriah. Kekhasanya terletak pada komposisi halaman yang terdiri dari tiga bagian, yaitu basement, lantai dasar yang mencakup ruang tamu utama serta lantai pertama sebagai ruang pribadi.
Lantai basement memungkinkan pemilik rumah menikmati suhu yang stabil sepanjang tahun. Mereka bisa menempati lantai tersebut di periode musim dingin, suhu ekstrem, atau musim panas. Juga berguna sebagai moderator termal selama musim kering yang panas. Sebab, udara panas yang masuk ke dalam alat perangkap angin didinginkan dan dilembabkan sebelum dilepaskan.
Sekaligus lantai ini bermanfaat untuk menyimpan persediaan pangan tahunan, dengan alasan suhu di sana stabil. Rumah-rumah model ini biasanya juga mempunyai jalan akses melalui ruang sederhana menuju sebuah halaman yang luas dan indah.