REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Masyarakat diingatkan untuk berbelanja bijak selama Ramadhan hingga Lebaran. Dengan begitu, kestabilan harga akan terjaga karena tidak ada lonjakan permintaan yang membuat pasar bergejolak.
"Beli saja sesuai kebutuhan harian. Jangan membeli terlalu banyak karena reaksi inilah yang justru menjadi penyebab kenaikan harga," kata Kepala Biro Ekonomi Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan Afrian Joni di Palembang, Selasa.
Afrian mengatakan, setiap Ramadhan selalu terjadi kenaikan harga yang sebagian besar dipengaruhi oleh faktor psikologis. Menurutnya, ada suatu keyakinan bahwa harga pasti naik sehingga sebagai pihak merespons dengan cara membeli dalam jumlah banyak pada saat harga masih rendah.
"Akibatnya, setiap tahun selalu ada kenaikan harga yang tentunya menyulitkan masyarakat sendiri," kata dia.
Untuk itu, pemprov mengandeng kalangan ulama dan tokoh masyarakat untuk mengedukasi masyarakat agar bijak dalam berbelanja. Sementara itu, Bank Indonesia juga aktif menyosialisasikan mengenai belanja bijak ini melalui iklan layanan masyarakat.
Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Sumatera Selatan Yunita Resmi Sari mengatakan Bank Indonesia selaku koordinator Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) bersama pemerintah provinsi bekerja sama dengan instansi terkait untuk menjaga kestabilan harga, terutama dalam mengelola ekspektasi masyarakat tehadap harga.
Bank Indonesia Provinsi Sumatra Selatan sebagai koordinator Tim Pengendali Inflasi Daerah fokus menjaga inflasi tetap rendah menjelang Ramadhan hingga Lebaran. Sejauh ini, inflasi Sumsel hingga April 2019 tercatat mencapai 1,90 persen (year on year) atau masih dibawah angka rata-rata nasional 2,4 persen (year on year).
"Ini yang saya katakan suatu perpaduan yang baik antara pertumbuhan ekonomi dan inflasi," kata dia.
Sepanjang April 2019, ada lima komoditas utama yang menjadi penyumbang inflasi, yakni bawang merah, bawang putih, jeruk, daging ayam ras, dan sayur-mayur. Secara regional di wilayah Sumatra, inflasi selama April ini membuat Sumsel berada pada urutan kedua setelah Riau yang berhasil menekan hanya 1,6 persen (year on year).
Namun, pada bulan berikutnya, yakni bulan Mei, sungguh patut diwaspadai karena terdapat hari besar keagamaan yang biasanya ditandai kenaikan harga kebutuhan pangan.