Rabu 22 May 2019 07:08 WIB

Perusahaan Sepatu Besar Desak Akhiri Perang Dagang Cina

Nike dan Adidas menyatakan keputusan menaikkan tarif impor berdampak pada pekerja.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
Adidas Parley UltraBOOST X.
Foto: Hufpost.
Adidas Parley UltraBOOST X.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Beberapa perusahaan sepatu terbesar dunia mendesak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengakhiri perang dagang dengan Cina. Sebab, ketegangan perang dagang ini dapat menimbulkan efek besar bagi konsumen.

Dalam sebuah surat yang ditandatangani oleh 170 perusahaan sepatu besar seperti Nike dan Adidas menyatakan, keputusan presiden menaikkan tarif impor hingga 25 persen akan berdampak tidak proposional terhadap kelas pekerja. Mereka juga memperingatkan bahwa pungutan yang lebih tinggi dapat mengancam beberapa bisnis di masa depan.

Baca Juga

"Sudah saatnya mengakhiri perang dagang ini," desak perusahaan-perusahaan sepatu dalam pernyataan yang dilansir BBC, Rabu (22/5).

Perusahaan-perusahaan alas kaki yang menandatangani surat itu, diantaranya Clarks, Dr Martens dan Converse. Mereka mengklaim walaupun tarif rata-rata AS untuk alas kaki adalah 11,3 persen, namun dalam beberapa kasus dapat meningkat hingga 67,5 persen. Mereka menyatakan, menambahkan kenaikan pajak 25 persen di atas tarif ini akan menyebabkan beberapa keluarga Amerika yang bekerja dapat membayar hampir 100 persen pajak pada sepatu mereka.

Beberapa perusahaan sepatu telah memindahkan produksi mereka dari Cina. Mereka menyatakan, alas kaki adalah industri yang sangat padat modal, dan membutuhkan perencanaan selama bertahun-tahun untuk membuat keputusan untuk memindahkan pabrik. Perusahaan tidak bisa begitu saja memindahkan pabrik untuk menyesuaikan perubahan tarif tersebut.

Trump menaikkan pungutan impor Cina senilai 200 miliar dolar AS, yakni dari 10 persen menjadi 25 persen pekan lalu. Kenaikan tarif impor ini dilakukan setelah Washington dan Beijing gagal mencapai kesepakatan perdagangan.

Sementara, Cina membalas dengan mengumumkan rencana untuk menaikkan pungutan atas impor AS sebesar 60 miliar dolar AS mulai 1 Juni. AS dan Cina akan bertemu lagi untuk membahas perdagangan di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Jepang pada bulan depan. AS telah meningkatkan tekanan pada Cina dengan menyatakan darurat nasional untuk melindungi jaringan komputer AS dari musuh asing.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement