Rabu 22 May 2019 16:16 WIB

Abu Thalha dan Tamu Rasulullah

Kisah Abu Thalha dan Tamu Rasulullah merupakah contoh sikap itsar.

Rasulullah
Foto: Wikipedia
Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suatu hari, Nabi Muhammad SAW kedatangan seorang tamu dari jauh. Setelah berbincang-bincang, tamu itu menyatakan niatnya. Dia mengatakan sedang dalam perjalanan. 

Tamu itu membutuhkan tempat untuk menginap. Ia juga menyatakan butuh makan malam. Bekal perjalanannya telah habis. 

Sayangnya, saat itu Rasulullah sedang tak bisa menjamu tamu. Tapi, Rasulullah bukanlah orang yang dengan mudah menolak permintaan. Rasul lalu menawarkan kepada para sahabatnya untuk menggantikan Rasul menjamu tamu itu. 

Salah seorang sahabat bernama Abu Thalha al Anshori bersedia menjamu tamu itu di rumahnya. Abu Thalhah mengajak sang tamu ke rumahnya. Ia lalu meminta istrinya, Ummu Sulaim, untuk menjamu tamu itu dengan baik. 

Sayang sekali, rupanya di rumah Abu Thalhah dan Ummu Sulaim juga sedang tidak ada makanan yang bisa disajikan untuk menjamu. “Kita tidak punya apaapa, hanya ada makanan. Itu pun hanya untuk anak kita,” kata Ummu Sulaim kepada suaminya. 

Abu Thalhah memiliki ide. Ia mengatakan pada istrinya untuk segera mengajak anak nya tidur lebih awal agar pada malam itu tidak merasa lapar. Abu Thalhah meminta istrinya menghidangkan makanan jatah anak-anak kepada tamu itu. “Lalu, hidangkan piring kosong untukku,” kata Abu Thalhah. 

Kepada sang tamu, Abu Thalhah mengatakan, minyak sedang habis sehingga lampu tidak dinyalakan. Abu Thalhah pun menemani tamunya makan malam dalam keadaan gelap. 

Sebuah piring berisi makanan dihidangkan untuk tamu, sementara piring kosong di hadapan Abu Thalhah. Tamu makan dengan lahap.  Abu Thalhah hanya ber­pura-pura makan. Ia mengerik piring kosong di depannya sampai tamu itu selesai makan dan kenyang. Tamu itu tidak menyadari bahwa Abu Thalhah tidak makan. 

Keesokan paginya, Rasulullah menemui Abu Thalhah. Rupanya Rasul mengetahui apa yang dilakukan oleh sahabatnya malam itu. “Allah SWT takjub kepada apa yang kalian lakukan tadi malam,” kata Rasul sambil berse riseri. 

Apa yang dilakukan Abu Thalhah disebut itsar. Itsar merupakan sikap mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri. Allah sangat menyukai sikap itsar.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement