REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan antihuru-hara terpaksa melepaskan tembakan gas air mata ke arah seorang perempuan dengan penutup wajah. Aksi tersebut terjadi sekitar pukul 22:51 WIB saat satuan Brimob berhasil mendesak mundur massa aksi 22 Mei di simpang Sarinah, Rabu malam (22/5).
Seorang perempuan bercadar dengan ransel hitam tiba-tiba muncul dari arah utara menuju Gedung Bawaslu. Ia sempat mendekati barikade petugas yang saat itu sedang mempertahankan areal Simpang Thamrin dari serangan mercon dan batu massa aksi dari arah timur Jalan Wahid Hashim.
Merasa curiga dengan aksi perempuan tersebut, komando petugas huru-hara dari pengeras suara meminta perempuan bercadar itu mundur, menunduk, dan meletakan tas ranselnya. Tetapi, permintaan itu tak dipenuhi.
Komando petugas huru-hara bahkan sempat mengancam akan menembak dalam hitungan ketiga. Tetapi ancaman itu diralat dan meminta perempuan tersebut mundur dan tunduk.
"Kalau tidak, pakai gas air mata," kata petugas dari pengeras suara.
Perempuan bercadar itu juga tampak mengenakan rompi. Petugas berteriak meminta perempuan itu melepas jaket luarnya itu. Tetap saja desakan petugas itu tak digubris.
Akhirnya komando dari pengeras suara memerintahkan petugas menembakkan gas air mata ke arah perempuan tersebut. Petugas di mobil komando memerintahkan semua orang di lokasi menjauh karena ia diduga membawa benda yang tersusun dari kabel-kabel.
Setelah ditembaki peluru gas air mata, wanita tersebut kemudian berjalan menuju ke arah depan gedung Bank Mandiri. Duduk di pinggir jalan di depan Gedung Bank Mandiri, wanita tersebut kemudian melepaskan tas hitamnya.
Meski diminta untuk menjauhkan tas tersebut, wanita itu tetap bergeming. Namun akhirnya, seorang aparat dapat menjauhkan tas itu dari sisinya, dengan melempar ke tengah jalan.
Setelah dibuka, tas tersebut berisi sebuah charger, botol minum dan dua botol kecil, satu buku dan KTP. Wanita itu, terus meminta kembali tas berwarna hitam itu sambil duduk.