Kamis 23 May 2019 05:25 WIB

Kebanyakan Pendemo di RSUD Tarakan Terkena Gas Air Mata

Situasi RSUD Tarakan saat pagi kemarin sangat penuh.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Ani Nursalikah
Korban Kerusuhan di Rawat di RSUD Tarakan. Sejumlah keluarga korban menunggu di depan kamar jenazah RSUD Tarakan,Jakarta Pusat, Selasa (22/5).
Foto: Fakhri Hermansyah
Korban Kerusuhan di Rawat di RSUD Tarakan. Sejumlah keluarga korban menunggu di depan kamar jenazah RSUD Tarakan,Jakarta Pusat, Selasa (22/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suasana di malam hari di RSUD Tarakan, Jakarta Pusat terlihat sunyi senyap. Hanya ada suara kendaraan yang lewat di jalan raya. Para petugas keamanan siap siaga menjaga di depan maupun di dalam RSUD Tarakan.

Kursi roda serta tempat tidur pasien disediakan di depan IGD RSUD Tarakan. Papan nama pun terpampang di depan pintu utama. Adapun obat-obatan yang disediakan di dekat ruang IGD beserta petugas farmasi yang siap siaga.

Baca Juga

Berdasarkan pantauan Republika.co.id, di ruang resusitasi di RSUD Tarakan terdapat dua orang remaja pria yang sedang beristirahat. Salah satu pria memakai oksigen.

Ia tidur dengan mulut terbuka. Sedangkan pria yang di sebelahnya mengangkat kaki dan beristirahat di tempat tidur pasien.

Petugas farmasi dari RSUD Tarakan, Marwan, mengatakan, dua remaja tersebut terkena gas air mata. Mereka sudah terobati dengan cara di kompres dengan kapas serta dikasih obat mata agar matanya lembab.

“Paling parah mah pas pagi, penuh banget disini. Ada yang meninggal juga kan. Ada yang kena peluru, sabetan, dan luka. Sekarang sudah banyak yang pulang,” ucapnya pada Republika.co.id, Kamis (23/5).

Menurut Marwan, kebanyakan pasien yang dirawat itu terkena gas air mata serta pasiennya anak remaja. Ruang yang penuh itu di ruang Bougenvile. Semua pasien dirawat disana. “Yang parah-parah butuh perawatan medis lebih dalam di sana. Tempatnya luas juga,” ucapnya.

Marwan mengaku tadinya ruang Bougenvile tidak dipakai lagi. Namun, jumlah pasien yang terlalu banyak membuat ruang itu digunakan untuk menampung puluhan pasien yang dirawat serta keluarga yang menunggu disana.

“Kalau kesana belum boleh si mbak, mesti izin pakai surat dulu. Ini juga udah pagi takut mengganggu pasien yang istirahat,” ucapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement