REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Atlet angkat besi Indonesia, Eko Yuli Irawan, mengapresiasi penuh rencana Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi yang akan memberikan bonus medali emas Olimpiade Tokyo 2020 sebesar Rp 7,5 miliar. Menurut Eko, peningkatan nominal bonus dapat memotivasi atlet agar berjuang lebih giat menjalani proses latihan dan merebut hasil maksimal.
"Ya syukurlah kalau ada kenaikan. Pasti semua atlet berusaha yang terbaik saja di Olimpiade nanti," kata Eko saat dihubungi Republika.co.id kemarin.
Ia menyatakan, tidak menemui kendala terkait pencairan dana bonus pada gelaran sebelumnya seperti Asian Games 2018. Ia justru menitikberatkan pembinaan atlet menjelang Olimpiade dengan rentang waktu yang terbatas.
"Kalau yang sebelumnya sudah baik untuk Asian Games. Semoga bisa lebih baik lagi untuk pembinaannya," ucapnya.
Saat ini pemegang rekor dunia mengangkat beban 317 kg itu sedang mempersiapkan serangkaian ajang internasional untuk merebut satu tiket ke Olimpiade 2020. Pengurus Besar Persatuan Angkat Berat, Binaraga, dan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABBSI) sempat menyebut Eko harus mengikuti setidaknya enam ajang sebelum Olimpiade. Saat ini Eko sudah mengikuti tiga di antaranya.
"Persiapan menuju Olimpiade (semoga) bisa terpenuhi dan bisa lebih baik lagi," ujar pria asal Metro, Lampung, itu.
Terkait kenaikan bonus, legenda bulu tangkis Indonesia, Christian Hadinata, berharap pemerintah dapat lebih memperhatikan mantan pelatih dan mantan atlet peserta Olimpiade, terutama yang pernah meraih medali Olimpiade. Terkait kenaikan bonus, ia mengaku baru mendengar kabar tersebut saat dihubungi Republika.
"Barangkali di samping atlet, para pelatih dipikirkan dan mantan-mantan atlet peraih medali emas, perak, dan perunggu juga (diperhatikan)," kata Koh Chris.
Selain itu, ia juga meminta pemerintah memikirkan nasib hidup mantan pelatih yang membawa atlet pada masa lalu dapat meraih medali. Kendati demikian, ia memuji adanya perbaikan dalam apresiasi dari tahun ke tahun.
"Ya mungkin masing-masing zaman berbeda. Dulu ada (apresiasi dan bonus) tapi tidak sebesar sekarang," katanya.
Koh Chris mengatakan, bonus memang wajar diberikan karena perjuangan kontingen untuk berprestasi dalam ajang olahraga tertinggi itu tidak mudah. Ia mengatakan, bonus tersebut penting diberikan bagi atlet karena tak banyak yang bisa merebut medali emas. Rata-rata kontingen Indonesia hanya meraih satu medali emas Olimpiade.
"Iya, wajar saja. Jadi, memang untuk meraih medali emas itu lumayan berat. Paling banyak medali emas saat Olimpiade Barcelona, sisanya perak atau perunggu. Kita tidak banyak meraih emas. Memang harus dihargai," kata raja All England pada era 1970-an ini.
Koh Chris mengatakan, jumlah yang dijanjikan pemerintah pun sudah terbilang tinggi. Pemberian bonus itu, menurut dia, merupakan bentuk apresiasi regulator terhadap proses panjang atlet meraih prestasi yang mengharumkan nama bangsa.
Di satu sisi, ia juga memperhatikan aspek motivasi bagi atlet yang dijanjikan bonus melimpah.
Hal tersebut dianggapnya sebagai bentuk penyemangat wakil-wakil Indonesia di pentas dunia. "Jadi, luar biasalah kalau ada atlet kita meraih (medali) Olimpiade, jaminan masa depan yang sudah bisa (dipakai) untuk seumur hidup," ujarnya.
Sebelumnya, Menpora Imam menjelaskan, bonus itu sebagai bentuk apresiasi dari pemerintah sekaligus untuk memberikan motivasi kepada atlet nasional. Hal itu agar atlet terus berjuang mengharumkan nama bangsa dan negara di kancah internasional.
"Kalau pada ajang Asian Games 2018 kemarin bonus medali dalam kisaran Rp1 miliar, untuk Olimpiade kita akan berikan enam kali lipatnya. Bonus untuk Olimpiade mencapai Rp 7,5 miliar," kata Imam saat meninjau Sekolah Khusus Olaharga Internasional (SKOI) Kaltim di kompleks Stadion Palaran, Samarinda, Selasa (21/5).