REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi massa pada 21-22 Mei 2019 berdampak pada penurunan jumlah penumpang kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek. Volume penumpang KRL turun sebanyak 300 ribu orang selama aksi massa tersebut.
"Volume penumpang yang hilang sekitar 300 ribu. Pada 21 Mei jumlah penumpang terangkut satu juta. Tapi, di tanggal 22 Mei karena dua stasiun jumlah penumpang yang diangkut turun jadi 728 ribu," kata Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia Wiwik Widayanti dalam konferensi pers KCI tentangkesiapan Angkutan Lebaran 2019 di Jakarta, Kamis (23/5).
Terkait adanya kerusakan di sisi sarana dan prasarana, Wiwik mengatakan hal itu memang tidak terhindari, tetapi pihaknya sudah mengantisipasi dengan memindahkan seluruh kereta dari Stasiun Tanah Abang. "Terkait kereta ditumpuk sengaja dan tidak sengaja di atas peron-peron stasiun beberapa kali memang ada lemparan-lemparan. Kemarin kami memutuskan peron Stasiun Tanah Abang dan keretanya dikosongkan dari sana," katanya.
Dia menambahkan para penumpang mudah diajak koordinasi untuk cepat berpindah atau turun di Stasiun Kebayoran. "Terkait kerugian finansial pasti ada kami juga inginnya jalan terus, tapi keselamatan penumpang lebih utama," katanya.
Selama aksi massa pada 21-22 Mei Stasiun Tanah Abang dan Stasiun Palmerah ditutup, sehingga dari arah Stasiun Rangkas Bitung/Maja/Parung Panjang/Serpong tidak melayani naik turun pengguna di Stasiun Palmerah dan Stasiun Tanah Abang. Sementara itu KRL loop line relasi Bogor/Depok/Nambo-Duri/Jatinegara hanya beroperasi hingga Stasiun Manggarai.