REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Amr Ibn al-Ash memilih untuk mengacuhkan surat yang baru saja diterima oleh pengirim pesan yang memacu kudanya secepat kilat dari Madinah. Amr melanjutkan perjalanan sampai akhirnya tiba di al- Arish, sebuah tempat yang masuk wilayah Mesir.
Intuisinya tepat. Setelah dibuka, isi surat dari Khalifah Umar Ibn al-Khattab itu menyatakan, bila pasukan Arab masih berada di wilayah Palestina agar segera kembali ke Madinah, namun bila sudah tiba di wilayah Mesir boleh meneruskan perjalanan.
Sebagai diplomat ulung yang mempunyai banyak informan, Amr tahu benar sudah saatnya kaum Muslim menguasai Mesir setelah sebelumnya pang lima Khalid Ibn Walid berhasil merebut Suriah pada 634 M dari tangan Bizantium (Romawi Timur). Namun, Umar masih ragu dengan rencana Amr, meskipun akhirnya sang khalifah memberi 4.000 pasukan untuk invasi Mesir yang saat itu juga dikuasai Bizantium.
Pasukan Arab tiba di Mesir pada 639 M. Dengan mengambil rute jalur pantai dari Palestina, mereka mengambil alih Pelusium dan Bilbay tanpa kesulitan. Alih-alih langsung menyusuri pantai ke barat menuju Aleksandria sebagai jantung Mesir, Amr membawa pasukannya ke arah selatan untuk menguasai benteng Babilonia yang menempati posisi strategis di ujung Delta Nil. Tanpa merebut perbentengan kuat ini, upaya pe nguasaan atas Mesir adalah mustahil.
Benteng Babilonia terletak di tepian timur Sungai Nil, tepat berhadapan dengan Pulau Rawdah yang berfungsi sebagi pos pengukur debit air sungai. Dari benteng inilah kelak di dekatnya tumbuh Kota Fustat dan Kairo.
Saat ini, lokasi Babilonia berada di jantung Misir al-Qadimah, kota tua Kairo. Benteng ini awalnya dibangun untuk mempertahankan jembatan dan kapal penye berang an Nil di wilayah itu, terletak di jalan raya utama yang menghubungkan kota tua Memphis dan Heliopolis.
Sebuah jembatan ponton dari jajaran pera hu yang menghubungkan benteng dan Pulau Rawdah yang dijaga ketat pasukan Bizantium. Benteng itu juga melindungi jalan masuk menuju Kanal Trajan yang menghubungkan Sungai Nil dan Laut Merah. Saat pasukan Arab mengepung benteng itu, kanal Trajan sudah terkubur endapan lumpur.