REPUBLIKA.CO.ID, KATHMANDU -- Dua pendaki gunung meninggal dunia di Gunung Everest setelah kerumunan pendaki terjebak antrean menuju puncak gunung tertinggi itu. Pendaki asal India Anjali Kulkarni (55 tahun) meninggal saat turun dari Gunung Everest, Rabu lalu.
Putranya, Shantanu Kulkarni mengatakan pada CNN, ibunya terjebak 'kemacetan' di atas kamp empat yang berada di ketinggian 8.000 meter. Kamp empat adalah kamp terakhir sebelum puncak.
Dilansir CNN, Jumat (24/5), perusahaan ekspedisi Nepal Pioneer Adventure Pvt. Ltd mengatakan, pendaki gunung asal AS Donald Lynn Cash (55) juga meninggal di hari yang sama setelah pingsan akibat penyakit ketinggian saat turun dari puncak. Pendaki Nirmal Purja mengunggah foto antrean manusia di Instagram-nya Rabu lalu.
Foto tersebut menunjukkan padatnya pendaki yang berkerumun di punggung gunung yang terbuka menuju puncak. Dia menambahkan ada sekitar 320 orang yang mengantre di puncak gunung di wilayah yang dikenal sebagai 'zona kematian'.
Puncak Gunung Everest berada di ketinggian 8.848 meter. Pada ketinggian tersebut, tiap napas mengandung hanya sepertiga oksigen yang ada di permukaan laut.
Tubuh manusia juga dengan cepat melemah di ketinggian tersebut. Artinya, sebagian besar orang hanya bisa menghabiskan beberapa menit di ketinggian itu tanpa oksigen tambahan.
Menurut Shantanu, ibunya telah menggeluti dunia pendakian selama lebih dari 25 tahun. Dia juga berlatih untuk mendaki Gunung Everest selama enam tahun terakhir.
Dia mendaki sejumlah gunung tinggi, termasuk Gunung Elbrus di selatan Rusia dan Gunung Kilimanjaro di Tanzania. Dia juga seorang pelari maraton. Anjali memiliki perusahaan periklanan bersama suaminya.
"Keduanya pensiun untuk mengejar mimpi mereka berdiri di puncak Everest," kata Shantanu.
Lebih dari 200 pendaki gunung meninggal di puncak Everest ketika kematian pertama tercatat pada 1922. Sebagian besar jenazah mereka terkubur di bawah gletser atau salju.