REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Sisriadi mengklarifikasi informasi viral yang menyatakan adanya anggota TNI yang melakukan provokasi kebencian terhadap Polri. Sisriadi menyatakan, informasi itu hoaks dan ditujukan untuk melemahkan soliditas TNI-Polri.
"TNI tetap berkomitmen untuk mem-back up Polri dalam pelaksanaan pengamanan Pemilu 2019," ujar Sisriadi melalui pesan singkat kepada wartawan, Jumat (24/5).
Setelah ditelusuri, video berdurasi 99 detik itu diambil oleh seseorang di mesjid Al-Ishlah, Petamburan, Jakarta Barat, pada Rabu (22/5) pukul 11:45 WIB. Video diambil pada saat kerusuhan terjadi.
Personel yang berpakaian loreng di video tersebut adalah anggota Yonif 315 yang memberikan bantuan Kodam Jaya. "Yang ditugaskan di lapangan sedang melakukan pendekatan kepada tokoh agama untuk menenangkan massa yang emosional, tiba-tiba masuk seseorang ke dalam masjid dan menyampaikan ujaran provokatif," jelasnya.
Menurut Sisriadi, berdasarkan informasi masyarakat sekitar masjid Al-Ishlah, orang yang melakukan provokasi tersebut tidak dikenal dan bukan warga Petamburan. Selain itu, data tentang Serma Aris dalam video viral tersebut adalah data palsu yang dibuat orang yang tidak tahu tentang TNI AD.
Ia menjelaskan, penyebutan nama ditambah pangkat dan korps, yaitu Serma Inf Aris, adalah data palsu. Menurutnya, bintara TNI AD tidak memiliki korps. Di informasi itu juga disebutkan, yang bersangkutan merupakan lulusan Sekolah Calon Bintara (Secaba) tahun 2005.
"Itu adalah data palsu. Yang benar, lulusan secaba tahun 2005 baru akan berpangkat Serma paling cepat pada 1 April 2021. Berdasarkan daftar nominatif personel Yonif 315, tidak ada anggota Yonif 315 bernama Serma Aris," terangnya.