Jumat 24 May 2019 17:26 WIB

Habibie Tegaskan Aksi 22 Mei Beda dengan 1998

Habibie mengucapkan

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Joko Widodo berjalan bersama presiden ke-3 RI BJ Habibie di Istana Negara, Jumat (24/5) sore.
Foto: Republika/Dessy Suciati
Presiden Joko Widodo berjalan bersama presiden ke-3 RI BJ Habibie di Istana Negara, Jumat (24/5) sore.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden ke-3 BJ Habibie berpendapat, aksi demonstrasi yang dilakukan pada 21 dan 22 Mei kemarin tak sama dengan aksi kerusuhan yang terjadi pada 1998 silam. Ia pun telah mendengar banyak laporan soal aksi tersebut.

"Dan kalau disamakan dengan keadaan waktu Bapak tahun 98, its not true. Banyak laporan, Anda tahu sendiri. Tidak ada," tegas Habibie usai bertemu Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Jumat (24/5).

Baca Juga

Habibie menyebut pemimpin saat ini merupakan ujung tombak generasi penerus. Ia juga menjelaskan, terdapat tiga generasi di Indonesia sejauh ini, yakni generasi 45, generasi peralihan, dan generasi penerus. Menurut dia, ia dan SBY masuk dalam generasi peralihan.

"Generasi 45 yang jiwanya penting, yang menjadikan kita begini, dan generasi peralihan adalah saya. Peralihan itu definisinya kerja sama dengan generasi 45 dan kerja sama dengan generasi penerus. Anda ini anak dari cucu intelektual semua," ujarnya.

Dalam pertemuan ini, Habibie juga menyampaikan ucapan selamat kepada Jokowi setelah dinyatakan unggul oleh KPU dalam pilpres 2019. Ia juga yakin Jokowi dapat bekerja lebih baik dan melanjutkan program sesuai rencana.

Namun, ia menolak berbagai hal yang dapat menghambat pembangunan, sebab pemilu juga diselenggarakan setiap lima tahun sekali. Karena itu, Habibie juga mengingatkan agar seluruh pihak saling menjaga persatuan dan menghindari adu domba antarmasyarakat sehingga stabilitas politik ini tak menghambat pembangunan.

"Insya Allah beliau bisa melanjutkan program sesuai rencana dan kita semua membantu supaya terlaksana dan nanti pada pemilu lima tahun lagi setiap orang boleh. Tapi, ngapain kita hilang waktu dan duit dan ada risiko tinggi. Hanya memperjuangkan kepentingan mungkin satu orang, satu grup, no way," ujarnya.

Habibie mengaku banyak menerima informasi penyebab aksi kerusuhan di pemilu ini karena hanya terdapat dua calon. Namun, menurut dia, hal itu bisa diatur melalui regulasi yang ditetapkan.

"Ini adalah masalah dua orang. Ada yang bilang sama saya, 'Pak, kenapa hanya dua itu?' Loh kamu yang tentukan mekanismenya. Kalau enggak benar, mau lebih banyak, silakan tentukan," ucap Habibie.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement