REPUBLIKA.CO.ID, BATOLA – Kementerian Pertanian akan melibatkan petani berusia muda atau petani milenial untuk membuat program mekanisasi dan digitalisasi. Hal itu mengingat menurunnya populasi petani.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, target jangka panjang pertanian adalah menjadikan petani milenial mampu menggerakkan program digitalisasi guna menggenjot produksi. Alasannya, kata dia, efisiensi pertanian dari segi biaya, waktu, dan tenaga dapat dihasilkan secara maksimal pada program tersebut.
“Kita akan upayakan terus petani milenial ini turun (ke pertanian). Animonya sudah cukup besar, tinggal digalakkan lagi,” kata Amran saat ditemui Republika, di Batola, Kalimantan Selatan, Sabtu (25/5).
Amran menjabarkan, saat ini terdapat 450 ribu-500 ribu petani milenial yang sudah terjun ke dunia pertanian. Terjunnya mereka, kata dia, terbagi menjadi dua aspek yakni produksi hingga bisnis. Dia menjabarkan, pembagian dua aspek pelibatan generasi milenial dalam sektor pertanian sudah diapresiasi oleh dunia, salah satunya apresiasi dari Jepang.
Menurut dia, petani Indonesia sudah mampu bertransformasi dari pertanian tradisional ke pertanian modern. Sehingga kendala-kendala dalam mengoperasikan alat mesin pertanian (alsintan) sudah dapat diatasi secara perlahan. Pihaknya juga mengaku sudah mendistribusikan alsintan ke wilayah-wilayah pertanian yang memiliki potensi produksi.
Berdasarkan catatan Kementerian Pertanian (Kementan), pada periode 2015-2018 pemberian alsintan dengan beragam jenis telah dibagikan kepada petani dengan masing-masing berjumlah 157.493 unit pada 2015, 110.487 unit pada 2016, 321 ribu unit pada 2017, dan 80 ribu unit pada 2018.
“Kita ingin, hadirnya petani milenial nanti bisa segera jalankan digitalisasi. Jadi nanti garap tanahnya itu tidak lagi manual, sudah pakai remote control semua,” kata dia.