Senin 27 May 2019 02:00 WIB

Iran Bertekad Lawan Semua Upaya Agresi

Belakangan ini, ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat meningkat.

Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif.
Foto: The Guardian
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif.

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, secara tegas megatakan negaranya akan bertahan atas semua upaya agresi. Pernyataan itu disampaikan menyusul permintaan negara-negara Eropa agar Iran tetap dalam kesepakatan nuklir yang telah ditandatangani pada 2015 lalu.

"Kami akan bertahan melawan semua upaya melawan Iran, apakah itu perang ekonomi ataupun secara militer. Kami akan menghadapi upaya-upaya itu dengan kuat," kata Zarif, dilansir Reuters, Ahad (26/5).

Belakangan ini, ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat (AS) meningkat setelah terjadinya serangan terhadap kapal tanker milik Arab Saudi di wilayah Teluk. Wshington sebagai sekutu Arab Saudi berekasi. Negeri Paman Sam menuduh Iran melancarkan serangan tersebut. 

Iran menolak tuduhan itu, tetapi AS sudah lebih dulu mengirim  kapal induk mereka yang berisikan 1.500 pasukan ke wilayah Teluk. Hal itu memicu kekhawatiran banyak pihak akan resiko konflik secara terbuka disana.

Pada konferensi persnya di Baghdad, Irak, Zarif didampingi Menteri Luar Negeri Irak Mohamed Ali Alhakim. Hakim pun mengatakan bawha negaranya bersedia menjadi perantara dalam pembicaraan ke depan antara Iran dan AS.

Ia pun menilai bahwa blokade ekonomi bukanlah cara yang bermanfaat dalam mengatasi permasalahan kedua negara. Pernyataan ini menyusul sejumlah embargo ekonomi yang dilakukan Washington terhadap berbagai komiditi utama Iran. 

"Kami katakan kali dengan sangat jelas dan jujur bahwa kami menetang tindakan sepihak yang diambil Amerika Serikat. Kami berada di pihak Republik Islam Iran dalam persoalan ini," kata Hakim.

Pemicu utama ketegangan antara Iran dan AS adalah perihal kesepakatan nuklir. Pada tahun lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menarik negaranya dari kesepakatan nuklir yang diteken Presiden Barrack Obama. Amerika menilai kesepakatan itu merugikan kepentingan negaranya. Donald Trump pun mulai menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Iran.

Meski AS keluar dan melakukan embargo ekonomi, tetapi negara-negara Eropa yang ikut dalam kesepakatan itu tetap ingin melanjutkan upaya pengendalian nuklir Iran tersebut. Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, dan China, menginginkan Iran bertahan dalam kesepakatan itu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement