REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bukti lain yang menunjukkan keberadaan dokter perempuan pada masa Turki Utsmani adalah adanya rumah sakit besar di lingkungan Istana Bayezid dan Istana Topkapi. Rumah sakit khusus wanita itu dilengkapi kamar mandi untuk pasien. Rumah sakit ini diperkirakan dibangun pada awal abad ke-17 dan disebut Cariyeler Hastanesi.
Pasien yang dirawat di rumah sakit tersebut biasanya adalah selir dan pelayan wanita. Tenaga medis wanita yang bekerja di sana disebut hastalar ustasi, sedangkan pengawas pasien wanita disebut hastalar kethudasi kadin.
Hingga saat ini, rumah sakit di Harem Topkapi itu, termasuk bangunan kamar mandi dan dapur pasiennya, masih berdiri. Harem adalah istilah untuk menyebut salah satu tempat di dalam istana yang dihuni para wanita dan anak-anak.
Ada pula dokumen yang mencatat adanya pasien laki-laki yang pernah dioperasi dua dokter wanita. Pasien ini tinggal jauh dari Istana. Ia diobati oleh dokter wanita yang bertugas sebagai dokter keliling. Disebut dokter keliling, karena ia tak menetap di rumah sakit. Ia secara rutin melakukan perjalanan dari satu daerah ke daerah lain untuk mengobati pasien.
Ada pula naskah lama yang menceritakan tentang saat pertama kali dokter wanita dipercaya oleh keluarga kerajaan. Disebutkan, kala itu tim kesehatan istana kesulitan menyembuhkan salah satu anak perempuan sultan. Pihak kerajaan kemudian memanggil dokter dari luar istana.
Saat itu, Kepala Dokter Istana, Cemalzade Mehmed Efendi, memanggil seorang dokter wanita untuk mengobati tiga wanita penghuni Istana yakni Ferniyaz Kalfa, Lalezar Kalfa, dan Nazenin Kalfa.
Duta Besar Swedia untuk Turki pada akhir abad 18, d'Ohsson, mencatat dalam bukunya mengenai tradisi dan adat istiadat Turki terkait dokter wanita. Menurut dia, dokter wanita memiliki sedikit pengetahuan tetapi pengalamannya di dunia kesehatan sangat hebat.
Mereka siap jika harus dipanggil ke Harem saat dibutuhkan. "Saat itu, dokter wanita juga bisa menangani masalah kebidanan seperti membantu persalinan," kata d'Ohsson.
Pada awal abad ke-19, Kesultanan Turki Utsmani memiliki dokter wanita yang dikenal bertangan dingin. Dialah Meryem Kadin yang berhasil menyembuhkan Abdulmecid, pewaris takhta Kesultanan Turki Utsmani.
Setelah berhasil menyembuhkan Abdulmecid, Meryem mendapat hadiah berupa gaji tiap bulan dan bebas masuk ke dalam Harem. Secara resmi, dokter wanita mulai dipekerjakan di istana sejak abad 19.
Pada 1872, salah satu dari empat dokter Muslim yang bekerja di Bagian Medis Istana Yildiz adalah dokter wanita bernama Gulbeyaz Hatun. Ia mendapat gaji sebesar 200 akces per bulan. Namun, sejumlah sejarawan memperdebatkan jabatan Gulbeyaz Hatun pada masa itu, apakah dokter ataukah hanya apoteker.