REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepala Dinas Pertanian DI Yogyakarta Sasongko mengatakan, pihaknya telah melakukan pencegahan penyebaran penyakit antraks pada hewan. Sebanyak 262 ekor ternak sapi telah divaksinasi di Gunungkidul setelah ditemukannya spora antraks dalam sampel tanah yang diambil beberapa waktu lalu.
"Untuk antisipasi, ternak di sekitarnya sudah kami vaksinasi dan lokasinya diisolasi," kata Sasongko saat dihubungi Republika.co.id, Senin (27/5).
Tanah yang diambil sebagai sampel untuk diuji coba, menurut Sasongko, merupakan tanah bekas penyembelihan hewan. Pihaknya pun telah melakukan berbagai upaya penanganan dan pencegahan.
Selain vaksinasi, pihaknya juga telah menyemprotkan disinfektan hingga formalin di lokasi penemuan spora antraks itu. Selain itu, tanah di sana sudah diberi semen.
Upaya antisipasi terhadap antraks pada ternak, menurut Sasongko, harus dilakukan, termasuk melakukan pengetatan lalu lintas yang keluar dan masuk ke daerah tersebut.
Menanggapi pernyataan Sekretaris Daerah (Sekda) DI Yogyakarta Gatot Saptadi yang mengatakan sudah ada sapi yang positif terjangkit antraks, Sasongko melontarkan bantahannya. Ia menjelaskan, hingga saat ini statusnya masih suspect atau dugaan.
Sebab, menurut Sasongko, hanya ada spora antarks yang ditemukan dari hasil uji sampel tanah. Penyakit tersebut belum ditemukan menyerang sapi, apalagi manusia.
Hingga saat ini, Sasongko masih menunggu hasil uji laboratorium. Dia belum bisa menyatakan adanya sapi yang positif antraks sebelum hasil tersebut keluar.
"Kami konfirmasi ke Balai (Besar Veteriner Wates Yogyakarta) dan ke (Pemerintah) Kabupaten (Gunungkidul) tadi, hanya satu tempat yang diduga ada spora antraksnya," kata Sasongko.